Infeksi COVID-19 di Multiorgan Lainnya
Oleh : dr. Albert Tony Lopolisa
P |
er tanggal 25 September 2020, total jumlah kasus infeksi SARS-CoV-2 di Indonesia mencapai lebih dari 250 ribu kasus dan penambahan kasus terus melonjak. Seiring dengan pertambahan jumlah kasus baru, kita mulai menemukan berbagia fenomena dimana gejala COVID-19 tidak hanya menyerang sistem respirasi saja. Dengan bertambahnya modalitas dan ilmu pengetahuan, kita mulai dapat melihat sebuah gambaran luas akan infeksi virus corona ini.
COVID-19 dan sistem kardiovaskular
Gambar 1. Hibridisasi In-situ pada sel otot jantung menunjukkan sel interstitial yang mengandung RNA SARS-CoV-2.1 |
“Seberapa besar dampak kerusakan langsung dari COVID-19 terhadap sel otot jantung?” |
Pendekatan holistik dan pemikiran kritis tentang pengaruh COVID-19 terhadap multiorgan lainnya merupakan kunci keberhasilan penanganan pasien. Baru-baru ini muncul sebuah hasil penelitian dari autopsi terhadap 39 pasien terkonfirmasi COVID-19. Para peneliti menemukan bahwa 16 pasien (41%) dari total 39 pasien memiliki materi genetik SARS-CoV-2 diatas 1000 ribu copy dalam sel jantung mereka.[1] Penelitian lainnya bahkan mendapatkan penemuan bahwa sel kardiomiosit dapat menyebarkan COVID-19 kepada otot jantung di sekitarnya.[2] Fenomena di atas menyebabkan kekhawatiran bagi seorang klinisi, siapkah kita dihadapkan pada jumlah kasus dengan komplikasi kardiovaskular akibat COVID-19.
Peneliti dari Jerman mendapatkan bukti bahwa MRI dari 100 pasien yang terinfeksi COVID-19 mengalami perubahan dalam MRI jantung (78%) seperti peningkatan T1, T2, gadolinium. Dan dari MRI tersebut disimpulkan bahwa total 60% dari pasien tersebut mengalami inflamasi sel otot jantung. Hal yang paling mencengangkan adalah banyak pasien tersebut hanya memiki gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala COVID-19 sama sekali.[3] Penelitian dan meta analisis yang dilakukan di Cina mengaitkan antara keparahan COVID-19 dengan kerusakan miokardium.[4][5]
COVID-19 dan sistem lainnya
Para peneliti juga menemukan Acute Kidney Injury (AKI) yang dikatikan dengan kemungkinan acute tubular necrosis[6] dan penemuan virus SARS-CoV-2 pada urin pasien.[7] Bahkan beberapa pasien datang hanya dengan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, diare dan pada feces pasien tersebut terdapat materi RNA SARS-CoV-2.[8] Materi RNA juga ditemukan pada Cerebrospinal Fluid (CSF) pasien dengan gejala ensefalopati yang menderita COVID-19, sehingga para peneliti mulai mengkaitkan manifestasi klinis seperti ataksia, kejang, tidak sadar dan gejala neurologis lainnya akibat dampak langsung dari “neuroinvasi” tersebut.
Sejarah mencatat bahwa saat pandemi flu tahun 1918 (Spanish flu), terjadi peningkatan angka insiden depresi, neuritis, neurasthenia, atau gejala pada sistem lainnya seperti penurunan visus. Hal yang sama juga terjadi pada infeksi COVID-19, dimana banyak laporan kasus yang melaporkan kejadian anosmia paska pemulihan. Hal yang unik lainnya adalah, angka insiden anosmia ini lebih banyak terjadi pada populasi Amerika dan Eropa. Para peneliti menduga COVID-19 tipe strain A dan C yang banyak berada di benua tersebut memiliki andil dalam proses terjadinya gejala anosmia; Peneliti menduga bahwa kedua strain COVID-19 memiliki patogenisitas yang lebih kuat pada rongga hidung manusia.[9]
Mencari benang merah
Seluruh penemuan di atas tidak serta merta kita terima dan harus ditelaah lebih lanjut. Para penemiti masih terus mencari informasi tambahan tentang COVID-19. Kita sebagai tenaga medis harus tetap mengetahui perkembangan ilmu yang terus menerus bertambah. Banyak publikasi tidak menjalankan proses seleksi dan metode penelitian yang baik sehingga hasil yang ditampilkan pun masih diragukan. Seperti contoh pada miokarditis akibat COVID-19. Banyak faktor lainnya yang dapat menyebabkan gejala miokarditis seperti infeksi oportunistik, jenis obat-obatan yang diberikan, dan gangguan oksigenasi jaringan.
Terlepas dari seluruh perdebatan dan informasi yang terus menerus membanjiri halaman utama kita tiap hari, ada baiknya seluruh tindak pencegahan menjadi nomor satu di dalam kegiatan kita sehari-hari. Patogen akan terus melawan dan dapat berevolusi menjadi lebih ganas. Tantangan tenaga medis saat ini adalah menjadi pejuang terdepan dalam perang demi kemanusiaan, demi masa depan.
[1] Lindner D, Fitzek A, Bräuninger H, et al. Association of Cardiac Infection With SARS-CoV-2 in Confirmed COVID-19 Autopsy Cases. JAMA Cardiol. Published online July 27, 2020. doi:10.1001/jamacardio.2020.3551
[2] Perez-Bermejo JA, Kang S, Rockwood SJ. SARS-CoV-2 infection of human iPSC-derived cardiac cells predicts novel cytopathic features in hearts of COVID-19 patients. bioRxiv 2020.08.25.265561. doi: https://doi.org/10.1101/2020.08.25.265561.
[3] Puntmann VO, Carerj ML, Wieters I, et al. Outcomes of Cardiovascular Magnetic Resonance Imaging in Patients Recently Recovered From Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). JAMA Cardiol. Published online July 27, 2020. doi:10.1001/jamacardio.2020.3557
[4] Ni W, Yang X, Liu J, et al. Acute Myocardial Injury at Hospital Admission Is Associated With All-Cause Mortality in COVID-19. J Am Coll Cardiol. 2020;76(1):124-125. doi:10.1016/j.jacc.2020.05.007
[5] Shao MJ, Shang LX, Luo JY, et al. Myocardial injury is associated with higher mortality in patients with coronavirus disease 2019: a meta-analysis. J Geriatr Cardiol. 2020;17(4):224-228. doi:10.11909/j.issn.1671-5411.2020.04.009
[6] McIntosh, K.Coronavirus disease 2019 (COVID-19): epidemiology, virology, clinical features, diagnosis, and prevention. UpToDate. Available at: https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-epidemiology-virology-clinical-features-diagnosis-and-prevention. Published 2020. Accessed April 13, 2020.
[7] Li Z., Wu M., Yao J. Caution on kidney dysfunctions of COVID-19 patients. medRxiv. 2020 doi: 10.1101/2020.02.08.20021212
[8] Holshue M.L., DeBolt C., Lindquist S. First case of 2019 novel coronavirus in the United States. N Engl J Med. 2020;382:929–936. doi: 10.1056/NEJMoa2001191
[9] Meng X, Deng Y, Dai Z, Meng Z. COVID-19 and anosmia: A review based on up-to-date knowledge. Am J Otolaryngol. 2020;41(5):102581. doi:10.1016/j.amjoto.2020.102581