Hipertensi Retinopati : Dari Jantung Naik ke Mata

Hipertensi Retinopati : Dari Jantung Naik ke Mata

 

Penulis : dr. Giovano Fanheis Devara Pattiasina

 

Hipertensi merupakan penyakit jantung yang paling banyak diidap, dan hingga saat ini dari data World Health Organization (WHO) tercatat sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Di Indonesia sendiri tercatat estimasi penderita hipertensi sebesar 63 juta penduduk. Hipertensi adalah jalan pembuka untuk terjadinya penyakit-penyakit degenertif lain seperti stroke, serangan jantung dan bahkan kematian. Hipertensi merupakan silent killer karena peningkatan sedikit saja dari tekanan darah dapat sangat meningkatkan potensi terjadinya resiko penyakit jantung yang berat. Hipertensi atau tekanan darah tinggi akan mempengaruhi banyak organ baik secara mikrovaskular dan makrovaskluar. Organ yang dapat dipengaruhi antara lain jantung itu sendiri, ginjal, otak, dan organ kecil lain seperti mata. Bila terjadi kerusakan organ mata terutama pada bagian retina akibat hipertensi maka disebut sebagai Hipertensi Retinopati.

Hipertensi Retinopati/Hypertensive Retinopathy sendiri pertama kali disebut oleh Marcus Gunn pada abad ke 19 ketika menangani pasien-pasien dengan hipertensi dan penyakit ginjal1. Saat ini Hipertensi Retinopati merupakan salah satu komplikasi hipertensi yang dapat menjadi prediktor tingkat keparahan dari suatu hipertensi itu sendiri, dan bahkan menjadi prediktor untuk terjadinya stroke akibat peningkatan darah, dikarenakan kesamaan struktur pembuluh darah pada organ mata dan otak2. Munculnya Hipertensi Retinopati dikatikan dengan peningkatan resiko stroke sebanyak 7x lipat, serangan jantung sebanyak 4x lipat, Penyakit Jantung Koroner 3x lipat dan penyakit pembuluh darah perifer sebanyak 2x lipat.  Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah mata yang bersifat progresif sehingga akan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan bahkan kebutaan, dapat terjadi perlahan maupun secara cepat bila tekanan darah sudah tidak terkontrol3. Hipertensi Retinopati seringkali tidak menunjukkan gejala, namun gejala yang dapat muncul adalah nyeri kepala, penglihatan yang menjadi bertambah kabur secara progresif, penglihatan ganda, dan pada akhirnya adalah kebutaan. Seringkali pemeriksaan mata  rutin atau medical check- up menjadi awal dimana pasien mengetahui bahwa terjadinya kerusakan pada pembuluh darah pada organ matanya2.

Kewaspadaan kunci dari pencegahan terjadinya Hipertensi Retinopati. Ketika seseorang telah terdiagnosis dengan hipertensi, maka penting untuk juga mencari tahu apakah sudah ada organ lain yang mengalami komplikasi akibat hipertensi itu sendiri, termasuk pada organ mata, pembuluh darah di jantung, ginjal, dan otak. Kerusakan pada pembuluh darah mata dapat bersifat reversible atau dapat kembali ke kondisi normal pada beberapa kasus terutama pada fase awal kerusakan pembuluh darah tersebut, namun bila sudah terjadi dalam waktu yang lama sehingga terjadi perubahan struktur pembuluh darah permanen bahkan merusak retina, maka kemungkinan kembali ke kondisi normal menjadi jauh lebih kecil2. Pengobatan dengan obat penurun tekanan darah, perubahan gaya hidup dan kontrol rutin ke dokter jantung dan dokter mata adalah hal yang harus dilakukan secara rutin demi mencegah kondisi yang lebih parah.4

Hipertensi adalah penyakit yang “membuka jalan” untuk munculnya penyakit-penyakit lain, namun seringkali kita tidak terlalu menaruh perhatian pada organ-organ lain yang mungkin mengalami kerusakan akibat hipertensi itu sendiri. Pada organ mata, seringkali tidak menunjukkan gejala namun dapat tiba-tiba mengalami kebutaan sehingga menurunkan kualitas hidup. Pemeriksaan mata segera setelah terdiagnosis hipertensi sangat penting untuk mencegah kerusakan mata yang lebih parah.

 

Referensi : 

Schmieder RE. Hypertensive retinopathy: A window to vascular remodeling in arterial

hypertension. Hypertension. 2008;51(1):43–4.

 

Grosso A, Veglio F, Porta M, Grignolo FM, Wong TY. Hypertensive retinopathy revisited: Some

answers, more questions. Br J Ophthalmol. 2005;89(12):1646–54.

 

Erden S, Bicakci E. Hypertensive retinopathy: Incidence, risk factors, and comorbidities. Clin Exp

Hypertens. 2012;34(6):397–401.

 

Tsukikawa M, Stacey AW. A review of hypertensive retinopathy and chorioretinopathy. Clin Optom. 2020;12:67–73.

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/man-having-eye-sight-check_17827867.htm#query=hipertensi%20retinopati&position=20&from_view=search&track=ais&uuid=a61b2c16-6744-4f01-94bc-e603e9015eab