Hidup Inspiratif Seorang Kardiolog Visioner; Dr. dr. Hananto Andriantoro

Hidup Inspiratif Seorang Kardiolog Visioner;  Dr. dr. Hananto Andriantoro

 

"Seeing is believing, believing is seeing adalah kata-kata ungkapan yang dipegang teguh seorang visioner seperti

Dr. dr. Hananto Ardiantoro, Sp.JP"

 

Gigih dan optimis merupakan gambaran seorang dokter asal Jawa ini mengarungi jejak kehidupan dalam dunia kesehatan kardiovaskular. Berawal dari tahun 1982, Beliau ketika itu masih dalam tingkat 5 sebagai seorang Koas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang berada dalam stase di salah satu rumah sakit daerah bilangan Tangerang. Kala itu, saat jaga malam, Beliau mendapati pasien yang datang dengan kondisi gagal jantung, sedangkan di rumah sakit tersebut, dokter spesialis jantung belum ada, bahkan dokter penanggung jawabpun sedang tidak di tempat.

Menghadapi hal kritis seperti ini, mau tidak mau Beliau harus tetap menanganinya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan alat yang seadanya, Beliau memberikan penanganan gawat darurat kepada pasien tersebut, namun sayang, kondisi pasien mengalami pemburukan dan akhirnya tidak dapat tertolong. Kejadian inilah yang menjadi wake up call dalam diri seorang Hananto muda, dan membawa tekadnya untuk menjadi seorang kardiolog, dengan dibuktikan kelulusannya menjadi spesialis jantung dan pembuluh darah FKUI di tahun 1996.

Setelah lulus dari pendidikan spesialis jantung dan pembuluh darah, Beliau diminta oleh (alm.) dr. Otte J. Rachman, Sp. JP (K) untuk magang di Laboratorium Kateterisasi bersama dr. Sodiqur Rifqi, Sp. JP. Setelah 1 tahun bekerja magang di ruang cathlab RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita melakukan tindakan diagnosis koroner angiografi. Namun setelah itu, magang tidak lagi diteruskan karena mendapatkan mandat menjadi staf wakil dekan III di FKUI hingga tahun 1998. Setelah itu, Beliau dipanggil oleh dr. Aulia Sani, Sp. JP untuk mengembangkan pelayanan kardiologi di RSUP M. Djamil Padang dan berhasil membentuk SMF Kardiologi serta merancang pelayanan jantung terpadu di sana.

Keberhasilannya dalam mengejawantahkan amanat dalam tugasnya di RSUP M. Djamil Padang, membawanya dalam mengemban amanat selanjutnya, yaitu sebagai Wakil Dekan FKUI, selama kurang lebih empat tahun.

Tidak hanya itu, amanat besar lainnya yang menghampiri hidup Dr. Hananto, adalah ketika Beliau secara langsung dipanggil oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia saat itu, Dr. dr. Endang Rahayu, MPH, untuk menjadi Direktur Utama di RSJPDHK. "Han, saya minta kamu jadi Dirut di Jantung Harapan Kita", ucapnya. Ketika itu belum ada sistem bidding untuk dapat menjabat sebagai eselon 2 di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

"Saat itu saya rasanya melayang, tidak percaya dengan permintaan tersebut" jelasnya. Hingga akhirnya pada 14 Juli 2011, Beliau resmi dilantik sebagai Direktur Utama RSJPDHK, menggantikan dr. Anwar Santoso, SpJP(K).

Di tengah adaptasi menjadi seorang direktur, Beliau juga harus meneruskan pendidikan Doktoral yang baru saja diambilnya. Tidak hanya itu, Beliau juga diperintahkan untuk mengambil pendidikan Manajemen Rumah Sakit. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri baginya, di mana Ia harus membagi waktu untuk ketiga hal yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

"Setiap hari jam 6-8 pagi saya mulai belajar manajemen, kemudian kerja, pulang kerja saya lanjut lagi belar kardiologi. Tidak mudah, tapi biasanya saat orang terjepit itu jadi bisa" kenangnya sambil terkekeh.

Dengan kegigihan dan keuletan yang kuat, tak ayal 2 tahun kemudian, baik pendidikan Strata Magister Manajemen Rumah Sakit serta Pendidikan Doktor berhasil disabetnya dalam waktu yang bersamaan. Promosi Doktor berhasil diraih pada tanggal 2 Juli 2013, sementara ujian tesis Magister Manajemen Rumah Sakit dapat diraih dalam 10 hari kemudian pada 12 Juli 2013. Ini salah satu prestasi yang tidak pernah dibayangkan oleh nya.

Prestasi lain yang berdampak besar kembali ditorehnya, ketika Beliau berhasil membangun sistem Penanganan Kegawatdaruratan Penyakit Jantung Terintegrasi di Jakarta. Dengan cara melatih 44 Puskesmas di Jakarta untuk dapat melakukan pemeriksaan dan tindakan gawat darurat untuk pasien dengan serangan jantung, kemudian dirujuk ke RSJPDHK untuk memperoleh tindakan primary PCI secara gratis, bagi pasien ber-KTP Jakarta dengan jaminan dari Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, sebelum adanya Jaminan Kesehatan Nasional yang diusung BPJS.

Tidak hanya itu, amanat besar lainnya yang baru Ia sadari, mengenai status RSJPDHK yang tidak hanya sebagai rumah sakit pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat, tetapi juga sebagai Pusat Jantung Nasional dengan salah satu tugas sebagai Pengampu Jejaring Kardiovaskular Nasional.

Sejak saat itu, dengan upaya maksimal dan dukung koneksi kuat, Beliau berhasil membawa RSJPDHK bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah daerah, dalam membangun pengam-puan kardiovaskular di daerah setempat, diantaranya Aceh, Kalimantan Timur, Riau, dan Manado.

Rumah-rumah sakit yang ada di daerah dididik dan dilatih oleh tim dari RSJPDHK untuk dapat melakukan tindakan layaknya yang dikerjakan di RSJPDHK. Pada tahun 2017, Prof. Dr. Nila Moeloek, Sp. M (K) mengukuhkan RSJPDHK sebagai Pusat Jantung Nasional yang bertugas mengampu rumah sakit rujukan kardiovaskular dan rujukan nasional kardiovaskular. Selanjutnya Menteri Kesehatan RI saat itu, Let. Jend. TNI (Purn.) Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K), menetapkan 54 Rumah Sakit Daerah untuk diampu atau dididik oleh RSJPDHK, hingga rumah sakit tersebut mampu secara mandiri melakukan tindakan baik bedah ataupun non bedah, layaknya yang dilakukan di RSJPDHK.

Keberhasilan program pengampuan ini mendorong perhatian Kementerian Kesehatan, hingga RSJPDHK dijadikan percontohan untuk rumah sakit lain dalam hal pengampuan tingkat nasional.

Gebrakan spektakular lainnya adalah sebuah ide monumental juga dimulai sejak tahun 2014 yaitu memulai pembuatan masterplan RSJPDHK, kemudian di tahun 2022 ini masterplan yang telah diancang-ancang terealisasi menjadi Gedung Ventricle.

Melalui seluruh tugas dan amanat inilah, Beliau menyadari bahwa betapa pentingnya untuk meyakini bahwa pada saatnya kita akan melihat yang belum kita lihat. Buah yang diterima sangatlah manis saat kita tidak hanya percaya karena kita melihat tapi karena kita percaya maka dengan dukungan Tuhan juga mampu merealisakan hasil yang manis. Meyakini bahwa perubahan itu harus terus terjadi. Maka citatakanlah sesuatu yang belum terlihat hingga terwujud. Believing is seeing, seeing is believing, artinya berjuang merealisasikan impian yang dicita-citakan. (Mariana-Humas)