Henti Jantung pada Atlet, Kenapa Dapat Terjadi?

Henti Jantung pada Atlet, Kenapa Dapat Terjadi?

 

Penulis: dr. Jimmy Oi Santoso

 

Masih segar di ingatan kita mengenai kejadian henti jantung pada Christian Eriksen pada gelaran Piala Eropa lalu yang membutuhkan bantuan resusitasi jantung paru di atas lapangan. Kita acapkali juga menemukan kasus-kasus henti jantung mendadak pada atlet. Salah satu penyebab utama kematian mendadak yang sering diidentifikasi pada atlet muda adalah kardiomiopati hipertrofik.

Kardiomiopati hipertrofik (HCM) adalah suatu masalah jantung yang erat hubungannya dengan genetik di mana terjadi penebalan yang abnormal pada dinding jantung (biasanya ventrikel kiri). Jika dinding menjadi terlalu tebal, ventrikel dapat mengalami kesulitan mengisi darah dan mengirimkan darah keluar dengan cukup cepat. Penebalan pada ventrikel kiri tersebut tidak selalu harus terjadi pada masa remaja namun juga dapat terjadi pada saat dewasa muda.

Banyak orang yang mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki kardiomiopati hipertrofik. Berdasarkan data Asosiasi Kardiomiopati Hipertrofi terdapat sekitar 1 dari 500 orang dewasa yang memiliki kardiomiopati hipertrofi. Terdapat dua jenis kardiomiopati hipertrofik yang bergantung pada apakah penyakit tersebut melibatkan obstruksi pada ventrikel yaitu dengan obstruksi dan tanpa obstruksi. Obstruksi membuat HCM lebih parah dan membutuhkan lebih banyak perawatan dibandingkan HCM tanpa obstruksi.

Ketika seorang atlet berolahraga, jantung memompa lebih cepat dari biasanya. Hal tersebut membuat ventrikel, dengan dindingnya yang menebal, lebih sedikit waktu untuk terisi dengan darah dan jalur yang lebih sempit untuk memompa darah keluar lagi. Hal tersebut membuat lebih sedikit darah – dan lebih sedikit oksigen – yang mengalir ke seluruh tubuh dan membuat otot, termasuk jantung, menjadi lelah. Selain itu, HCM juga dapat menyebabkan gangguan irama jantung abnormal.

Gejala

Selama berolahraga, orang dengan kardiomiopati hipertrofik mungkin merasa:

Nyeri dada

Sesak napas

jantung berdebar-debar seperti berhenti berdetak

Mudah Lelah, dan

Pingsan

 

Pasien dengan gejala berat sangat perlu untuk memeriksakannya ke ahli jantung untuk mengidentifikasi apakah kardiomiopati hipertrofik telah menyebabkan gejala tersebut dan diharapkan dapat mencegah terjadinya kematian jantung mendadak.

Bila terjadi episode pingsan selama aktivitas – seperti aktivitas olahraga –, konsultasi dengan dokter jantung harus segera dilakukan. Dokter jantung akan menilai penyebab dari pingsan yang terjadi apakah karena kelainan pada jantung atau karena sebab lain sehingga membutuhkan banyak pemeriksaan. Selain itu, apabila didapatkan adanya murmur jantung, hasil elektrokardiogram (EKG atau EKG) yang tidak normal atau riwayat keluarga dengan kardiomiopati hipertrofik atau kematian jantung mendadak juga perlu diperiksakan ke dokter jantung dengan segera.

Mendiagnosis HCM

Tes tertentu dapat membantu mendiagnosis kardiomiopati hipertrofik. EKG memeriksa apakah ritme detak jantung normal. Ekokardiogram, atau ultrasound jantung, mengukur ketebalan dinding. Terkadang pasien dengan HCM dindingnya sangat tebal sehingga terlihat jelas. Namun juga terkadang, ketebalan hanya bersifat ringan sehingga harus dibandingkan secara proporsional dengan luas permukaan tubuh orang yang lebih muda.

Genetik sangat penting pada kasus HCM. Jika tes genetik menemukan bahwa seorang anak kecil memiliki gen HCM atau seseorang dalam keluarga memilikinya, anak tersebut juga berisiko untuk mengalami HCM juga nantinya sehingga perlu pemerisksaan rutin oleh dokter jantung ahli jantung terutama pada saat usia 10-12 tahun.

Selain itu, seseorang dapat dites positif dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ketebalan dinding. Akan tetapi, mereka masih bisa mengalami gangguan irama jantung dan mereka dapat mewariskan gen itu kepada anak-anak mereka.

Penanganan HCM

Penanganan terhadap HCM sangat bervariasi, tergantung pada apakah ventrikel kiri mengalami obstruksi, yang mungkin terdengar sebagai murmur. Jika ada obstruksi dan telah mencapai tingkat tertentu, dan dinding telah menebal, kondisi ini dapat memerlukan pembedahan. Beberapa obat-obatan dapat digunakan untuk memperlambat detak jantung sehingga memungkinkan pengisian yang lebih baik dan mengurangi gejala HCM.

 

Referensi :

Malhotra A, Sharma S. Hypertrophic Cardiomyopathy in Athletes. Eur Cardiol. 2017;12(2):80-82. doi:10.15420/ecr.2017:12:1