Gejala Serangan Jantung Pada Wanita: Waspadai Perbedaannya

Gejala Serangan Jantung Pada Wanita: Waspadai Perbedaannya

 

Penulis: dr. Bagas Adhimurda Marsudi M.Sc 

Bisa terbayang ketika mendengar kata serangan jantung, bayangan yang pertama kali muncul di benak adalah seorang pria tua yang mengepalkan tangannya di dada bagian tengah. Pria tersebut mengalami nyeri yang hebat dan bahkan sampai kolaps atau tak sadarkan diri. Begitulah kira-kira gambaran yang hampir semua orang kenal dan hal tersebut sangatlah wajar. Mengapa? Karena itulah yang selama ini digambarkan oleh media secara umum baik di film, buku ataupun berita. Dunia ilmiahpun tidak jauh berbeda, dimana selama hampir ratusan tahun, penelitian hampir selalu mengutamakan subjek pria, sehingga hasil dari penelitian juga menjadi relevan hanya untuk pria. Pada sebuah aritkel yang ditulis oleh There A. Beery, dituliskan bahwa wanita memilki risiko tinggi terhadap penyakit jantung akan tetapi wanita cenderung memiliki angka rujukan yang lebih rendah untuk tindakan diagnostik maupun pengobatan.[1] Data dari US Atherosclerosis Risk in Communities juga menemukan peningkatan persentasi kasus perawatan akibat penyakit jantung pada wanita usia 35-54 dari tahun 1994-2014 sedangkan pada pria data tersebut mengalami penurunan. Dari temuan tersebut juga terlihat bahwa trend peningkatan pada perempuan juga cenderung naik, sedangkan pada laki-laki cenderung menurun.[2]

Pertanyaan yang paling penting adalah mengapa hal tersebut dapat terjadi? Selain penjelasan mengenai keterbatasan keterlibatan wanita dari penelitian, hal ini terjadi karena ada sejumlah wanita (15-20%) juga memiliki tanda dan gejala serangan jantung berbeda. Tanda dan gejala ini seringkali diabaikan oleh wanita karena tidak sesuai gambaran yang dialami oleh pria selama ini. Dokterpun secara tidak sadar lebih dismisif terhadap gambaran klinis berbeda yang dialami oleh wanita. Selain itu, dalam praktek klinis, penggolongan risiko serangan jantung yang selama ini dipakai untuk memprediksi kemungkinan serangan jantung, juga tidak melibatkan penyakit atau kondisi yang spesifik pada wanita seperti polycystic ovary syndrome, premature menopause (PCOS), pre-eclampsia, atau kelahiran pre-term. Semua hal yang disebut tadi berpengaruh terhadap meningkatnya angka kematian pada wanita terutama pada rentang usia yang lebih muda. Oleh karena perempuan perlu lebih waspada dan selebihnya perlu mengetahui perbedaan gejala yang terjadi.

Sebelum masuk ke dalam tanda dan gejala yang berbeda, perlu diluruskan bahwa mayoritas perempuan (90%) tetap mengalami gejala serangan jantung yang tipikal (nyeri dada seperti tertindih beban berat, menjalar ke lengan kiri, bahu, leher ataupun dagu dan dapat diseratai mual muntah). [3] Sisa dari wanita akan mengalami gejala yang tidak biasa atau atipikial. Lalu gejala apakah yang berbeda yang diarasakan oleh perempuan? Yang utama salah satunya adalah nyeri dada pada dada bagian bawah atau perut bagian atas yang sering disalahartikan sebagai penyakit lambung. Penjalaran nyeri juga dapat berbeda, yang biasanya ke lengan kiri, leher atau bahu, pada wanita dapat dirasakan nyeri yang menjalar yang punggung belakang. Selain itu gejala yang lebih khas lagi adalah kejadian pingsan atau perasaan ingin pingsan, perasaan begah dan atau kelelelahan. Sekiranya ada perempuan yang mengelami gejala tersebut ketika berkativitas dan memilki faktor risiko, seperti darah tinggi, penyakit gula, kolesterol, merokok, atau obesitas yang cukup lama, maka perlu waspada dan segera memeriksakan diri ke dokter untuk di cek rekam jantung atau ECG.

 

Perbedaan gejala serangan jantung antara pria dan wanita: Pria cenderung mengalami gejala tipikal seperti yang dijelaskan sebelumnya, sedangkan wanita cenderung memiliki gejala yang atipikal seperti lokasi nyeri yang cenderung terpusat pada dada bagian bawah atau perut atas dan dapat menjalar ke bahu. Gejala atipikal lainnya adalah pingsan, begah, atau kelelahan yang luar biasa. Gambar dari American Heart Association.[3]

Berikutlah pembahasan topik yang secara singkat. Pada aktualitasnya banyak kondisi lain yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung seperti stress pekerjaan, memiliki anak banyak dan sebagainya. Namun yang perlu diambil hikmah adalah bahwa ada perbedaan yang mendasar dari peremuan dan laki-laki dari aspek medis, dan hal tersebut berlaku untuk hampir semua penyakit. Dalam kasus penyakit jantung, perempuan memiliki beberapa gejala khas yang sangat jarang ditemukan di pasien laki-laki yang perlu diwaspadai. Saat Anda atau anggota keluarga perempuan mengalami gejala-gejala tersebut dan disertai dengan faktor risiko (hipertensi, rokok, obese, diabtes, kolesterol, dll), maka dianjurkan untuk periksa ke dokter

 

Reference

Beery TA. Gender bias in the diagnosis and treatment of coronary artery disease. Heart & Lung. 1995 Nov 1;24(6):427-35.

Arora S, Stouffer GA, Kucharska-Newton AM, Qamar A, Vaduganathan M, Pandey A, Porterfield D, Blankstein R, Rosamond WD, Bhatt DL, Caughey MC. Twenty year trends and sex differences in young adults hospitalized with acute myocardial infarction: the ARIC Community Surveillance Study. Circulation. 2019 Feb 19;139(8):1047-56

Ferry AV, Anand A, Strachan FE, Mooney L, Stewart SD, Marshall L, Chapman AR, Lee KK, Jones S, Orme K, Shah AS. Presenting symptoms in men and women diagnosed with myocardial infarction using sexspecific criteria. Journal of the American Heart Association. 2019 Sep;8(17):e012307..