Gangguan Tiroid dan Penyakit Jantung
Penulis: dr. Natalia Jaman
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh. Pengaruh hormon tiroid terhadap jantung telah lama teridentifikasi. Baik produksi hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroid) maupun produksi hormon tiroid yang kurang (hipotiroid) dapat menyebabkan kelainan atau penyakit jantung, serta memperparah penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya. Hormon tiroid berefek pada jantung melalui perubahan hemodinamik, efeknya terhadap kontraksi atau pompa jantung, laju detak jantung, tekanan darah, serta berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah.
Kelebihan hormon tiroid akan mempengaruhi hemodinamik yang berakibat pada gagal jantung dengan curah jantung yang tinggi, serta pada tahap lanjut menyebabkan kardiomiopati dilatasi atau pembesaran ruang jantung. Pada kondisi hipertiroid, terjadi peningkatan laju jantung saat istirahat, peningkatan volume darah, curah jantung, kontraksi otot jantung dan fraksi ejeksi, serta meningkatkan relaksasi pengisian jantung. Peningkatan kadar hormon tiroid akan menyebabkan takikardia atau laju jantung >100 kali per menit saat istirahat, dengan gejala yang timbul berupa palpitasi atau berdebar-debar. Selain itu hipertiroid berkaitan dengan terjadinya gangguan irama jantung berupa fibrilasi atrium. Oleh karena gejala hipertiroid seringkali tidak spesifik dan timbul perlahan, gangguan irama jantung berupa fibrilasi atrium dapat merupakan gejala awal yang ditemukan pertama kali pada seseorang dengan hipertiroid.
Sedangkan pada kondisi hipotiroid, kadar hormon tiroid yang rendah akan mempengaruhi otot jantung melalui efeknya terhadap pengaturan ambilan kalsium dan ekspresi protein yang berperan dalam kontraksi jantung. Hal tersebut menyebabkan laju jantung yang lambat (bradikardia) serta kontraksi dan relaksasi jantung yang lemah. Selain perubahan hemodinamik, kondisi hipotiroid juga berhubungan dengan perubahan kadar lipid atau lemak darah, di mana terjadi peningkatan kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL atau lebih dikenal dengan kolesterol jahat. Sehingga hipotiroid akan meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan darah untuk menilai kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan kadar T3 dan T4. Pada hipertiroid kadar T3 dan T4 akan meningkat, sedangkan kadar TSH akan menurun atau rendah. Kondisi sebaliknya terjadi pada keadaan hipotiroid. Terdapat suatu kondisi yang disebut hipertiroid dan hipotiroid subklinis, di mana kadar T3 dan T4 masih normal namun kadar TSH telah mengalami perubahan baik meningkat maupun menurun. Keadaan subklinis ini bisa saja tidak menunjukkan gejala atau tanda pada seseorang yang mengalaminya, namun kondisi ini tetap memiliki risiko terjadinya panyakit kardiovaskular atau penyakit jantung. Sehingga pemeriksaan kadar TSH dapat dijadikan pemeriksaan penapisan gangguan fungsi tiroid, untuk konfirmasi diagnosis serta untuk evaluasi terapi.
Dengan demikin deteksi dini dan pengobatan yang efektif pada seseorang dengan gangguan atau disfungsi tiroid sangatlah penting untuk mencegah komplikasi terhadap jantung dan menurunkan angka kematian kardiovaskular.
Referensi :
Hersunarti N, Pratikto RS, Astari LV, Rossimarina V. Gangguan Endokrin dan Penyakit Jantung. Buku Ajar Kardiovaskular FKUI. Jakarta. 2nd Edition. Jakarta: Sagung Seto; 2017
Vargas-Uricoecheaa H, Bonelo-Perdomo A,Sierra-Torres CH. Effects of thyroid hormones on the heart. Clin Invest Arterioscl. 201; 26: 296-309.