Diet Ketogenik, Bagaimana Efeknya Terhadap Kesehatan Jantung?
Penulis: dr. Muthia Syarifa Yani
Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih sehat, menjaga pola makan adalah salah satunya. Ada berbagai macam pola diet yang marak ditemui, mulai dari yang ekstrim sampai yang ringan. Diet ketogenik merupakan jenis diet yang cukup kontroversial, karena menggunakan lemak sebagai sumber utama kalori. Bagaimana sebenarnya manfaat diet ketogenik terhadap kesehatan, utamanya jantung dan sistem kardiovaskular?
Pada awalnya, diet ketogenik ditujukan untuk mengurangi gejala kejang pada anak penderita epilepsi. Namun belakangan, diet ini populer di kalangan masyakarat, bahkan praktisi kesehatan dan akademisi, karena efek penurunan berat badannya yang cepat.
CARA KERJA DIET KETOGENIK
Diet ketogenik bekerja dengan cara mengubah metabolisme tubuh. Alih-alih menggunakan gula atau karbohidrat (dari nasi, sayuran, buah-buahan, biji-bijian), tubuh dikondisikan untuk membakar badan keton. Badan keton diproduksi oleh liver dari lemak yang tersimpan. Pembakaran lemak memang cara yang terdengar ideal untuk menurunkan berat badan, namun ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi agar hati dapat mengolah lemak menjadi badan keton sebagai bagan bakar tubuh alih-alih karbohidrat.
KOMPOSISI DIET KETOGENIK
Pelaku diet ketogenik mengkonsumsi lemak dalam jumlah sangat tinggi, dan mengurangi karbohidrat seminimal mungkin. Komposisi diet ketogenik yang disarankan adalah 70-80% lemak, 5-10% karbohidrat, dan 10-15% protein. Lemak yang dimakan tidak terbatas pada lemak tak jenuh misalnya dari buah apukat atau minyak zaitun, namun disarankan untuk memperbanyak lemak jenuh seperti dari daging berlemak, mentega, dan minyak kelapa sawit. Sumber protein pun disarankan dari daging-dagingan yang juga mengandung lemak.
MANFAAT DAN RISIKO DIET KETOGENIK
Dengan dikondisikannya tubuh untuk membakar lemak (dengan cara mengkonsumsi lebih banyak lemak), diet ketogenik terbukti dapat menurunkan berat badan secara cepat, 2x lebih cepat dibandingkan orang yang diet rendah kalori, rendah lemak. Selain itu, ditemukan pula manfaat kontrol gula darah, antara lain penurunan gula darah akibat terbatasnya konsumsi karbohidrat, dan lebih responsnya tubuh terhadap hormon insulin sehingga dapat menurunkan kejadian diabetes. Efek-efek ini ditemukan dalam jangka pendek setelah menjalankan diet ketogenic.
Namun diet ketogenik yang tinggi akan lemak jenuh pun memiliki risiko jangka panjang, terutama untuk jantung. Lemak jenuh meningkatkan kadar kolesterol LDL, atau yang sering dikenal sebagai kolesterol jahat dalam darah. LDL dapat mempercepat pembentukan plak dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Meskipun demikian, belum terdapat penelitian jangka panjang yang dapat membuktikan hal ini, sehingga diet ketogenik masih marak dipromosikan dan dilakukan khalayak ramai.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan, diet ketogenik memang memiliki manfaat jangka pendek yang terbukti, baik dari penurunan berat badan maupun kontrol gula darah. Namun ada baiknya tidak melakukan diet ketogenik dalam jangka panjang sampai terbukti secara ilmiah ia tidak membahayakan jantung dan sistem kardiovaskular. Mari bijak dalam berdiet, dan tetap menjalankan aktivitas fisik secara rutin untuk menjaga kesehatan dan berat badan.
Sumber:
Should You Try The Keto Diet?
Artikel dari Harvard Medical School Publishing, 2020
URL: https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/should-you-try-the-keto-diet