Di Rumah Aja: Tantangan dan Solusi bagi Insan Kardiovaskular Indonesia
Penulis: Ns. Walidatul Laili Mardliyah, S.Kep
Pandemi Corona Virus Disease COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyebaran COVID-19 ini sangat cepat menyebar luas. Semakin hari, angka terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia semakin meningkat dan telah menelan banyak korban jiwa Total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia update per hari ini, 1 November 2020 pukul 16.00, mencapai angka 412.784 dengan jumlah angka kematian 13.943 (3.4%), seperti dilansir dari laman infeksiemerging.kemkes.go.id. Untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, karantina dan isolasi dinilai sebagai solusi yang tepat.
Sejak bulan Maret 2020, Pemerintah Indonesia melakukan program pencegahan COVID-19 dengan anjuran “Di Rumah Aja”. Anjuran ini pun sangat mudah dikenal masyarakat dan bahkan sempat menjadi trending topic di media sosial. Awal mula diberlakukan program ini, masyarakat masih menikmatinya. Beberapa karyawan yang hectic dengan pekerjaannya merasa lega bisa liburan tanpa dipotong cuti. Anak-anak sekolah juga riang gembira merasa lebih banyak waktu untuk bermain. Sebagian orang menganggap anjuran ini sebagai ajang istirahat dari keruwetan duniawi. Awalnya anjuran ini bisa diterima dengan baik, tapi apa yang terjadi setelahnya? Aktifitas “Di Rumah Aja” ini bukan hanya memberikan manfaat untuk pencegahan penyebaran COVID-19, melainkan juga berdampak pada perubahan pola hidup yang drastis, diantaranya:
1. Penurunan aktifitas fisik
Pembatasan ruang gerak tentunya sangat berpengaruh terhadap penurunan aktifitas fisik. Manusia sebagai makhluk sosial yang sudah terbiasa saling berinteraksi satu sama lain secara tiba-tiba dan tidak biasa harus berdiam diri di rumah saja. Hal ini tentu membuat mereka lebih malas untuk melakukan aktifitas fisik. Orang-orang lebih banyak disibukkan dengan aktifitas berbasis online dan lebih sering duduk atau tiduran berhadapan dengan gadget dibanding melakukan aktifitas fisik yang memerlukan banyak tenaga seperti olahraga. Penurunan aktifitas fisik tentu dapat menyebabkan atrofi dan disfungsi jantung, penyempitan lumen pembuluh darah, serta disfungsi endotel.
2. Konsumsi makanan yang kurang sehat
Anjuran “Di Rumah Aja” tentu membatasi masyarakat untuk membeli kebutuhan pangan di luar rumah. Adanya layanan makanan siap saji dan siap antar yang bisa diakses secara online memang memberikan kemudahan terhadap masyarakat selama pandemi. Akan tetapi, hal ini juga berdampak terhadap peningkatan konsumsi makanan yang kurang sehat dan kurang segar. Konsumsi makanan kurang sehat yang tidak disertai dengan aktifitas fisik optimal akan berakibat terhadap peningkatan berat badan yang tidak ideal.
3. Stres dan depresi
Pandemi ini adalah waktu yang cukup penat untuk berdiam diri di rumah tanpa bisa bepergian ke mana-mana, apalagi untuk waktu yang lama. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi stres dan depresi. Kondisi ini seringkali memicu seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar gula, seperti coklat, dengan alasan untuk meningkatkan mood. Beberapa orang juga memilih untuk merokok atau bahkan mengkonsumsi alkohol untuk meredakan kondisi stres yang mereka alami.
4. Penurunan pendapatan
Banyak masalah baru yang mulai bermunculan selama pandemi; banyak karyawan diberhentikan, pengangguran di mana-mana, perekonomian mulai berantakan dimana angka pendapatan menurun sementara kebutuhan hidup tetap bahkan cenderung meningkat. Hal ini tentunya seperti lingkaran setan yang akan berpengaruh pada penurunan konsumsi makanan bergizi dan memperparah kejadian stres dan depresi.
Dampak-dampak di atas tentu sangat berpengaruh terhadap kesehatan kardiovaskuler. Hal ini dikaitkan dengan kelemahan dan kerentanan terhadap keterlibatan otot jantung dan pembuluh darah. Pola hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktifitas, konsumsi makanan kurang sehat, merokok, alkohol, stres, dan depresi meningkatkan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia bahkan dunia. Jangan sampai aktifitas “Di Rumah Aja” yang seharusnya menjadi solusi untuk menekan angka terinfeksi COVID-19 justru menjadi boomerang untuk meningkatkan angka kejadian penyakit kardiovaskuler. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi insan kardiovaskuler.
Untuk mengatisipasi hal tersebut, perlu adanya modifikasi aktifitas fisik selama “Di Rumah Aja”. Tujuannya, selain untuk mencegah penyebaran COVID-19, kesehatan kardiovaskuler juga tetap prima. Berikut adalah beberapa contoh aktifitas yang bisa dilakukan selama di rumah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak):
1. Melakukan aktifitas ringan, seperti menari, angkat beban, bermain dengan anak, kerja bakti di rumah, berkebun, memasak, melukis, fotografi, atau melakukan hobi menyenangkan lainnya
2. Mengikuti kelas olahraga online sesuai toleransi aktifitas
3. Berjemur atau jalan santai di sekitar rumah untuk menghirup udara segar dan mendapatkan sinar matahari
4. Relaksasi, seperti melakukan teknik nafas dalam, meditasi, atau yoga
5. Makan makanan sehat dengan gizi seimbang serta mempertahankan kecukupan cairan dalam tubuh
6. Memanfaatkan kemajuan teknologi secara sehat. Banyak aplikasi-aplikasi yang bisa digunakan untuk menunjang kebutuhan hidup selama pandemi sehingga masyarakat tetap bisa berkomunikasi di tengah pandemi. Physical distancing bukan berarti harus social distancing, tetap bersosialisasi dengan orang lain meski harus berjarak secara fisik.
Manfaat dari modifikasi aktifitas ini tentunya bisa meningkatkan kapasitas latihan dan kebugaran tubuh serta mengurangi stres karena pembatasan interaksi fisik. Harapannya tentu bisa menjadi kontrol yang baik terhadap faktor risiko gangguan fungsi kardiovaskuler serta menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
Situasi di tengah pandemi ini tentu melelahkan dan membosankan bagi semua orang. Akan tetapi, kita harus mulai beradaptasi terhadap kondisi ini karena kita tidak pernah mengetahui kapan ancaman pandemi ini berakhir. Kuncinya kita harus melakukan protokol kesehatan, tetap semangat, berpikir positif, dan melakukan hal-hal positif agar kesehatan fisik dan mental kita tetap terjaga secara prima. Semoga pandemi ini segera berakhir sehingga masyarakat bisa beraktifitas seperti sedia kala.
Referensi:
Mattioli, Anna V, et al. Quarantine during COVID-19 outbreak: Changes in diet and physical activity increase the risk of cardiovascular disease. Journal of Nutrition, Metabolism & Cardiovascular disease (2020) 30, 1409-1417 published by Elsevier. doi.org/10.1016/j.numecd.2020.05.020.
Pecanha, Tiago, et al. Social Isolation during COVID-19 pandemic can increase physical inactivity and the global burden of cardiovascular disease. Am J Physiol Heart Circ Physiol 318: H1441-H1446, 2020. doi:10.1152/ajpheart.00268.2020.
Kemenkes RI, 2020. Infeksi Emerging: Media Informasi Resmi Terkini Penyakit Infeksi Emerging. Laman diakses dari https://infeksiemerging.kemkes.go.id/ pada tanggal 1 November 2020 pukul 16.25 WIB.
Di Rumah Aja: Tantangan dan Solusi bagi Insan Kardiovaskular Indonesia
Penulis: Ns. Walidatul Laili Mardliyah, S.Kep
Pandemi Corona Virus Disease COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyebaran COVID-19 ini sangat cepat menyebar luas. Semakin hari, angka terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia semakin meningkat dan telah menelan banyak korban jiwa Total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia update per hari ini, 1 November 2020 pukul 16.00, mencapai angka 412.784 dengan jumlah angka kematian 13.943 (3.4%), seperti dilansir dari laman infeksiemerging.kemkes.go.id. Untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, karantina dan isolasi dinilai sebagai solusi yang tepat.
Sejak bulan Maret 2020, Pemerintah Indonesia melakukan program pencegahan COVID-19 dengan anjuran “Di Rumah Aja”. Anjuran ini pun sangat mudah dikenal masyarakat dan bahkan sempat menjadi trending topic di media sosial. Awal mula diberlakukan program ini, masyarakat masih menikmatinya. Beberapa karyawan yang hectic dengan pekerjaannya merasa lega bisa liburan tanpa dipotong cuti. Anak-anak sekolah juga riang gembira merasa lebih banyak waktu untuk bermain. Sebagian orang menganggap anjuran ini sebagai ajang istirahat dari keruwetan duniawi. Awalnya anjuran ini bisa diterima dengan baik, tapi apa yang terjadi setelahnya? Aktifitas “Di Rumah Aja” ini bukan hanya memberikan manfaat untuk pencegahan penyebaran COVID-19, melainkan juga berdampak pada perubahan pola hidup yang drastis, diantaranya:
1. Penurunan aktifitas fisik
Pembatasan ruang gerak tentunya sangat berpengaruh terhadap penurunan aktifitas fisik. Manusia sebagai makhluk sosial yang sudah terbiasa saling berinteraksi satu sama lain secara tiba-tiba dan tidak biasa harus berdiam diri di rumah saja. Hal ini tentu membuat mereka lebih malas untuk melakukan aktifitas fisik. Orang-orang lebih banyak disibukkan dengan aktifitas berbasis online dan lebih sering duduk atau tiduran berhadapan dengan gadget dibanding melakukan aktifitas fisik yang memerlukan banyak tenaga seperti olahraga. Penurunan aktifitas fisik tentu dapat menyebabkan atrofi dan disfungsi jantung, penyempitan lumen pembuluh darah, serta disfungsi endotel.
2. Konsumsi makanan yang kurang sehat
Anjuran “Di Rumah Aja” tentu membatasi masyarakat untuk membeli kebutuhan pangan di luar rumah. Adanya layanan makanan siap saji dan siap antar yang bisa diakses secara online memang memberikan kemudahan terhadap masyarakat selama pandemi. Akan tetapi, hal ini juga berdampak terhadap peningkatan konsumsi makanan yang kurang sehat dan kurang segar. Konsumsi makanan kurang sehat yang tidak disertai dengan aktifitas fisik optimal akan berakibat terhadap peningkatan berat badan yang tidak ideal.
3. Stres dan depresi
Pandemi ini adalah waktu yang cukup penat untuk berdiam diri di rumah tanpa bisa bepergian ke mana-mana, apalagi untuk waktu yang lama. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi stres dan depresi. Kondisi ini seringkali memicu seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar gula, seperti coklat, dengan alasan untuk meningkatkan mood. Beberapa orang juga memilih untuk merokok atau bahkan mengkonsumsi alkohol untuk meredakan kondisi stres yang mereka alami.
4. Penurunan pendapatan
Banyak masalah baru yang mulai bermunculan selama pandemi; banyak karyawan diberhentikan, pengangguran di mana-mana, perekonomian mulai berantakan dimana angka pendapatan menurun sementara kebutuhan hidup tetap bahkan cenderung meningkat. Hal ini tentunya seperti lingkaran setan yang akan berpengaruh pada penurunan konsumsi makanan bergizi dan memperparah kejadian stres dan depresi.
Dampak-dampak di atas tentu sangat berpengaruh terhadap kesehatan kardiovaskuler. Hal ini dikaitkan dengan kelemahan dan kerentanan terhadap keterlibatan otot jantung dan pembuluh darah. Pola hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktifitas, konsumsi makanan kurang sehat, merokok, alkohol, stres, dan depresi meningkatkan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia bahkan dunia. Jangan sampai aktifitas “Di Rumah Aja” yang seharusnya menjadi solusi untuk menekan angka terinfeksi COVID-19 justru menjadi boomerang untuk meningkatkan angka kejadian penyakit kardiovaskuler. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi insan kardiovaskuler.
Untuk mengatisipasi hal tersebut, perlu adanya modifikasi aktifitas fisik selama “Di Rumah Aja”. Tujuannya, selain untuk mencegah penyebaran COVID-19, kesehatan kardiovaskuler juga tetap prima. Berikut adalah beberapa contoh aktifitas yang bisa dilakukan selama di rumah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak):
1. Melakukan aktifitas ringan, seperti menari, angkat beban, bermain dengan anak, kerja bakti di rumah, berkebun, memasak, melukis, fotografi, atau melakukan hobi menyenangkan lainnya
2. Mengikuti kelas olahraga online sesuai toleransi aktifitas
3. Berjemur atau jalan santai di sekitar rumah untuk menghirup udara segar dan mendapatkan sinar matahari
4. Relaksasi, seperti melakukan teknik nafas dalam, meditasi, atau yoga
5. Makan makanan sehat dengan gizi seimbang serta mempertahankan kecukupan cairan dalam tubuh
6. Memanfaatkan kemajuan teknologi secara sehat. Banyak aplikasi-aplikasi yang bisa digunakan untuk menunjang kebutuhan hidup selama pandemi sehingga masyarakat tetap bisa berkomunikasi di tengah pandemi. Physical distancing bukan berarti harus social distancing, tetap bersosialisasi dengan orang lain meski harus berjarak secara fisik.
Manfaat dari modifikasi aktifitas ini tentunya bisa meningkatkan kapasitas latihan dan kebugaran tubuh serta mengurangi stres karena pembatasan interaksi fisik. Harapannya tentu bisa menjadi kontrol yang baik terhadap faktor risiko gangguan fungsi kardiovaskuler serta menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
Situasi di tengah pandemi ini tentu melelahkan dan membosankan bagi semua orang. Akan tetapi, kita harus mulai beradaptasi terhadap kondisi ini karena kita tidak pernah mengetahui kapan ancaman pandemi ini berakhir. Kuncinya kita harus melakukan protokol kesehatan, tetap semangat, berpikir positif, dan melakukan hal-hal positif agar kesehatan fisik dan mental kita tetap terjaga secara prima. Semoga pandemi ini segera berakhir sehingga masyarakat bisa beraktifitas seperti sedia kala.
Referensi:
Mattioli, Anna V, et al. Quarantine during COVID-19 outbreak: Changes in diet and physical activity increase the risk of cardiovascular disease. Journal of Nutrition, Metabolism & Cardiovascular disease (2020) 30, 1409-1417 published by Elsevier. doi.org/10.1016/j.numecd.2020.05.020.
Pecanha, Tiago, et al. Social Isolation during COVID-19 pandemic can increase physical inactivity and the global burden of cardiovascular disease. Am J Physiol Heart Circ Physiol 318: H1441-H1446, 2020. doi:10.1152/ajpheart.00268.2020.
Kemenkes RI, 2020. Infeksi Emerging: Media Informasi Resmi Terkini Penyakit Infeksi Emerging. Laman diakses dari https://infeksiemerging.kemkes.go.id/ pada tanggal 1 November 2020 pukul 16.25 WIB.