Detak Jantung Lambat: Apakah Selalu Menyebabkan Kondisi Serius?

Detak Jantung Lambat: Apakah Selalu Menyebabkan Kondisi Serius?

 

Oleh: dr. P.O. Maria K. Tokan

 

Detak jantung adalah hasil dari kompleksitas sistem listrik di dalam jantung manusia. Sinyal listrik melintasi empat ruang jantung, dua di atas disebut atrium dan dua di bawahnya disebut ventrikel. Sinyal ini memandu jantung untuk berdetak dengan ritme yang stabil, dan denyut jantung, atau denyut nadi, adalah indikator berapa kali jantung berdetak per menit (bpm). Ini dapat berubah seiring waktu dan sangat bervariasi antar individu.

Detak jantung normal pada orang dewasa berkisar antara 60 hingga 100 bpm saat beristirahat. Untuk mengetahui detak jantung normal Anda, duduklah diam selama 5-10 menit sebelum menghitung berapa kali jantung Anda berdetak dalam satu menit. Memahami detak jantung normal Anda, terutama jika Anda memiliki kondisi jantung, dapat meningkatkan kualitas hidup.

Detak jantung dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia, kesehatan, dan gaya hidup. Aritmia, atau gangguan irama jantung, terjadi ketika jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Ini bisa berbahaya karena dapat mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh, menyebabkan gejala seperti pusing, pingsan, dan sesak napas.

Bradikardia adalah jenis aritmia yang ditandai dengan detak jantung yang lambat, biasanya kurang dari 60 bpm. Ini dapat mengindikasikan bahwa jantung tidak mampu memompa darah dengan cukup baik selama aktivitas normal atau olahraga, menyebabkan gejala seperti pusing, kekurangan energi, sesak nafas, atau bahkan pingsan.

Penyebab bradikardia dapat melibatkan masalah pada sistem kelistrikan jantung. Salah satunya adalah masalah pada nodus sinoatrial, yang berfungsi sebagai pacemaker alami jantung. Gangguan pada nodus ini dapat menyebabkan impuls listrik yang lebih lambat, mengakibatkan detak jantung yang kurang efisien. Jalur konduksi yang disfungsional atau blok atrioventrikular juga dapat berkontribusi pada bradikardia.

Faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi sistem kelistrikan jantung termasuk penyakit jantung bawaan, infeksi jaringan jantung, operasi jantung, hipotiroidisme, kerusakan akibat serangan jantung, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Bradikardia tidak selalu menjadi  permasalahan kesehatan serius seperti contoh pada atlet yang seringkali dianggap sebagai respons fisiologis terhadap tingkat kebugaran fisik yang tinggi. Atlet yang berlatih secara teratur dan intensitas tinggi dapat mengalami bradikardia, atau detak jantung yang kurang dari 60 denyut per menit, dalam keadaan istirahat. Fenomena ini sering kali dijelaskan sebagai hasil adaptasi jantung terhadap latihan aerobik yang rutin.

Latihan aerobik yang konsisten dapat menyebabkan peningkatan volume darah yang dipompa oleh jantung. Seiring dengan itu, jantung dapat memompa darah dengan lebih efisien dan tidak perlu berdetak terlalu cepat saat istirahat. Oleh karena kebugaran fisik yang meningkat, jantung atlet menjadi lebih efisien dalam memompa darah. Sebagai hasilnya, beban kerja jantung dapat berkurang, dan detak jantung dalam keadaan istirahat menjadi lebih lambat. Selain itu, latihan yang teratur juga dapat mempengaruhi sistem saraf otonom, yang mengontrol detak jantung. Atlet seringkali mengalami peningkatan tonus parasimpatis, yang dapat menyebabkan detak jantung menjadi lebih lambat.

Diagnosis bradikardia biasanya dimulai dengan dokter mencatat riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Saat melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa detak jantung pasien untuk mengidentifikasi kemungkinan ketidaknormalan detak jantung. Pasien juga diminta memberikan penjelasan terperinci mengenai gejalanya, yang dapat mengindikasikan adanya bradikardia. Jika ada kecurigaan atau hasil pengukuran jantung tidak normal, akan dilakukan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk memastikannya.

Jika irama jantung yang tidak normal terjadi secara tidak teratur, mungkin diperlukan penggunaan monitor Holter. Perangkat portabel ini memungkinkan tim medis untuk memantau jantung pasien dalam jangka waktu yang lebih lama dan membantu dalam mendiagnosis kondisi ketika ritme jantung tidak normal terjadi di luar lingkungan rumah sakit.

Tergantung pada gejala dan hasil tes diagnostik lainnya, pilihan lain seperti ekokardiografi dapat dipertimbangkan. Prosedur non-invasif ini menggunakan mesin transduser untuk memancarkan gelombang suara ke jantung, dan hasilnya diterjemahkan menjadi gambar visual.

Diagnosis tambahan mungkin melibatkan tilt table test dan exercise test untuk menilai hubungan antara detak jantung dan posisi fisik, serta dampak olahraga terhadap detak jantung. Studi elektrofisiologi juga dapat digunakan untuk memahami sistem kelistrikan jantung-

Komplikasi bradikardia yang berbahaya antara lain gagal jantung, sering pingsan (sinkop), dan serangan jantung dalam kasus yang ekstrem. Bradikardia borderline atau occasional mungkin tidak memerlukan pengobatan. Untuk kasus yang lebih serius atau berkepanjangan, beberapa opsi pengobatan dapat dipertimbangkan. Misalnya, jika efek samping dari pengobatan menyebabkan perlambatan detak jantung, dapat dilakukan penyesuaian atau penghentian rejimen pengobatan. Pada banyak kasus, pemasangan alat pacu jantung dapat membantu mengatur ritme jantung, mempercepat detak sesuai kebutuhan.

Penting untuk diingat bahwa detak jantung yang lambat tidak selalu menjadi perhatian serius, terutama jika dalam rentang 40-60 bpm saat beristirahat. Namun, jika Anda mengalami gejala atau detak jantung lambat terjadi secara konsisten, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan penanganan yang sesuai. Mengelola kesehatan jantung adalah langkah penting untuk menjaga kualitas hidup yang optimal.

 

Referensi:

  1. Kusumoto FM, Schoenfeld MH, Barrett C, Edgerton JR, Ellenbogen KA, Gold MR, et al. 2018 ACC/AHA/HRS Guideline on the Evaluation and Management of Patients With Bradycardia and Cardiac Conduction Delay: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines and the Heart Rhythm Society. Vol. 140, Circulation. 2019. 382–482 p. https://www.ahajournals.org/doi/epub/10.1161/CIR.0000000000000628
  2. Livingstone M W. Sinus Bradycardia [internet]. Medscape. 2017 [Cited 24 November 2023]. Available from:  https://emedicine.medscape.com/article/760220-overview