Bisakah Olahraga Aerobik Menggantikan Peran Obat Hipertensi Saya?

Bisakah Olahraga Aerobik Menggantikan Peran Obat Hipertensi Saya?

Penulis: dr. Choiron Abdillah

Hipertensi merupakan penyakit yang dialami lebih dari sepertiga penduduk di dunia. Pengobatan hipertensi sudah mengalami perkembangan yang pesat dengan semakin banyaknya variasi obat yang bisa digunakan. Dengan perkembangan ini diharapkan dapat menekan pertambahan kasus hipertensi, tapi hal tersebut masih belum dapat diwujudkan, bahkan memiliki kecenderungan peningkatan penderita hipertensi. Isu yang sedang hangat dalam pengobatan hipertensi adalah kepatuhan berobat. Kebanyakan kasus hipertensi tidak terkontrol adalah karena masalah kepatuhan dalam berobat, yang harus dikonsumsi sepanjang hidupnya. Banyak yang bertanya-tanya apakah pengobatan hipertensi bisa dihentikan bila target tekanan darahnya sudah tercapai? Ataukah bisa digantikan dengan memperbaiki pola hidup sehat dengan cara berolahraga seperti aerobik untuk menggantikan peran obat ini?

Olahraga sudah diketahui memiliki dampak yang positif dalam menurunkan tekanan darah. Asosiasi jantung Amerika Serikat (AHA) merekomendasikan olahraga dengan intensitas sedang kurang lebih 150 menit dalam setiap minggunya. Olahraga yang bisa menjadi salah satu pilihan adalah Latihan aerobik. Latihan aerobic dapat meningkatkan kemampuan obat anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertesi dengan kondisi penyerta lain seperti diabetes, obesitas, kolesterol tinggi yang biasa disebut sindrom metabolik.

Pada sebuah studi kecil menunjukkan pasien-pasien tersebut menunjukkan hasil penurunan tekanan darah yang lebih baik apabila pasien tetap mengonsumsi obat anti hipertensi disertai dengan latihan aerobik dibandingkan dengan kelompok pasien yang mengonsumsi obat hipertensi saja. Studi yang dipresentasikan di kongres dunia dari kolegium kedokteran olahraga di Amerika Serikat (ACSM) menjelaskan bahwa rerata penurunan tekanan darah kelompok yang menambahkan latihan aerobic sebesar 10 mmHg dibandingkan dengan klompok yang menggunakan obat saja sebesar 6 mmHg, seperti disampaikan oleh salah satu peneliti, Dr. Miguel Ramirez-Jimenez. Salah satu doktor di University of Castilla-La Mancha, Spanyol ini menyatakan  bahwa jika target untuk menurunkan tekanan darah sedekat mungkin dengan kondisi normal - yaitu 120/80 mmHg - kombinasi dari keduanya sangat direkomendasikan.

Studi ini melibatkan 36 subjek dengan berat badan berlebih atau obesitas yang memiliki gaya hidup sedenter dengan melakukan aktivitas fisik kurang dari 120 menit setiap minggu. Rata-rata usia subjek 59 tahun dengan usia tertua 65 tahun. Seluruh subjek sudah menjalani pengobatan anti hipertensi dengan rata-rata 8 tahun dengan setidaknya memiliki kondisi penyerta seperti diabetes melitus, kolesterol yang tinggi dan lingkar perut yang melebihi normal atau disebut obesitas sentral. Setelahnya seluruh subjek menjalani program yang sudah ditentukan selama kurang lebih 4 bulan lalu dilakukan pemeriksaan tekanan darah kembali.

Hasilnya adalah kelompok dengan pengobatan mengalami penurunan tekanan darah dengan baik. Ketika dilakukan pemeriksaan 4 bulan setelah menjalani latihan aerobik, tekanan darah pasien menjadi semakin turun mendekati target. Hal yang menarik adalah ketika latihan aerobic dihentikan, pengukuran tekanan darah rerata kembali naik ke titik sebelum dilakukan latihan aerobik. Sebaliknya ketika olahraga aerobic dilanjutkan sementara obat anti hipertensi coba dihentikan, tekanan darah juga kembali naik. Dr. Miguel Ramirez berkesimpulan bahwa saat ini banyak yang berpendapat pengobatan anti hipertensi jika digabungkan dengan latihan olahraga dengan teratur dapat dihentikan jika tekanan darah pasien sudah kembali normal. “Studi kami menunjukkan ketika kita menghentikan obat antihipertensi setelah menjalani program latihan yang rutin, tekanan darah akan meningkat kembali. Sehingga temuan ini memberi informasi bagi kita bahwa efek penurunan tekanan darah dari latihan/olahraga akan ditemukan bila penggunaan obat anti hipertensi juga tetap dikonsumsi sehingga latihan/olahraga tidak dapat menggantikan peran obat-obatan anti hipertensi.” Kata Dr. Miguel.

Panduan pengobatan hipertensi di seluruh dunia selalu menyarankan pada pasien yang sudah dikategorikan hipertensi yang perlu pengobatan, selalu menyertakan perubahan gaya hidup sebagai tambahan, bukan menggantikan. Analisis ini juga menunjukkan olahraga dengan intensitas sedang-berat dikombinasikan dengan obat antihipertensi masih menjadi pilihan terbaik bagi individu yang memiliki darah tinggi dengan kondisi penyerta lain seperti obesitas, diabetes, dan kolesterol yang tinggi.

 

Sumber. : https://www.medscape.com/viewarticle/952686