Berolahraga, Mengapa Sulit Dilakukan?

Berolahraga, Mengapa Sulit Dilakukan?

Penulis: Palupi Maulia Andari, M.Psi

 

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan anjuran bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga minimal 150 menit per minggu (P2PTM, 2018). Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendukung program Germas atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Secara aktif, informasi dan edukasi mengenai manfaat dari melakukan olahraga telah disebar ke masyarakat baik melalui media cetak seperti brosur kesehatan, maupun media elektronik ataupun sosial media.

Meskipun paparan informasi mengenai manfaat olahraga telah menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat umum, namun pada kenyataannya tidak sedikit orang yang bahkan tidak pernah melakukan aktivitas olahraga dalam kesehariannya. Hal ini menjadi pertanyaan, mengapa paparan informasi tidak selalu dapat mengubah atau mendorong munculnya suatu perilaku, dalam hal ini perilaku berolahraga secara teratur.

Hal mendasar yang perlu kita ketahui adalah bagaimana suatu perilaku dapat terbentuk. Dalam ilmu psikologi, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam memahami perilaku manusia. Salah satunya adalah teorip lanned behavior (TPB) dari Ajzein. Dalam teori ini dikatakan bahwa perilaku ditentukan oleh intensi individu untuk melakukan perilaku tersebut.

Menurut Ajzen (dalam Mulya, 2009) intensi dapat digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan tingkah laku dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa intensi ditentukan oleh tiga hal yaitu, sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan persepsi individu mengenai kontrol yang ia miliki untuk memunculkan tingkah laku (perceived behavior control/PBC).

Dengan berlandaskan teori tersebut maka kita dapat mencoba memahami mengapa ada orang-orang yang minim atau bahkan tidak berolahraga di kesehariannya meskipun mereka telah memiliki pengetahuan mengenai manfaat berolahraga. Untuk dapat memahaminya kita perlu melihat tiga hal yang menentukan intensi berolahraga

Pertama yang harus kita cermati adalah sikap individu terhadap perilaku berolahraga. Apakah individu tersebut memiliki sikap positif atau negatif terhadap perilaku berolahraga. Sika psendiri juga dipengaruhi oleh keyakinan individu terhadap konsekuensi yang dihasilkan jika tingkah laku tersebut dihasilkan.

Bila invidu meyakini bahwa ia akan mendapatkan konsekuensi dari perilaku berolahraga maka ia akan cenderung memiliki sikap yang positif terhadap perilaku tersebut.

Hal kedua yang harus kita cermati adalah bagaimana norma subyektif individu terhadap perilaku berolahraga. Norma subyektif merupakan norma yang didapatkan individu dari persepsi terhadap sejauh mana lingkungan sosial yang cukup berpengaruh akan mendukung atau tidak pelaksanaan perilaku tersebut. Ketika individu meyakini bahwa lingkungan sosialnya mendukung aktivitas berolahraga maka hal ini akan mendorong munculnya intensi untuk berolahraga. 

Sebaliknya jika lingkungannya dipersepsikan tidak mendukung atau memberi kesempatan untuk berolahraga maka individu akan cenderung tidak memiliki intensi untuk berolahraga. Berdasarkan hal tersebut, lingkungan sosial ternyata memberikan pengaruh besar terhadap perilaku berolahraga.

Hal terakhir yang harus dicermati dalam memahami perilaku berolahraga adalah bagaimana perceived behavior control (PBC). PBC adalah ukuran sejauh mana individu percaya tentang mudah atau sulitnya menampilkan perilaku tertentu (Hogg & Vaughan, dalam Amaliah 2008). Bila individu merasa bahwa olahraga merupakan hal yang sulit untuk dilakukan dan ia merasa tidak mampu untuk melakukannya maka ia akan cenderung untuk tidak memiliki intensi untuk berolahraga.

Demikian, dari paparan di atas kita dapat memahami intens iindividu untuk berolahraga dengan memperhatikan tiga hal yaitu sikap, norma subyektif, dan PBC. Individu yang memiliki intensi berolahraga sejatinya menurut teori planned behavior memiliki tiga hal pendukung yaitu sikap yang positif terhadap olahraga, lingkungan sosial yang dipersepsikan mendukung perilaku berolahraga, dan tentunya individu merasa olahraga merupakan hal yang mudah serta mampu untuk dilakukan.

 

Sumber:

Amaliah, Khusnul. Peranan Sikap, Norma Subyektif, dan Perceived Behavioral Control dalam Memprediksi Intensi Mahasiswa untuk Bersepeda di Kampus, Fak. Psikologi UI. 2008.

Mulya, Teuku Adhika. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Menggunakan Transjakarta untuk Pergi ke Tempat Kerja. Fak. Psikologi UI. 2009.

p2ptm. kemenkes.go.id