Bahaya Mengintai Dibalik Work Overload

Bahaya Mengintai Dibalik Work Overload

 

 Penulis: dr. Choiron Abdillah

 

Work overload atau bekerja yang terlalu berlebihan merupakan suatu kondisi yang umum terjadi di dunia kerja pada hari-hari ini. Dengan adanya pandemi Covid-19 membuat waktu bekerja tidak lagi terbatas oleh tempat dan waktu. Tidak sedikit yang merasakan waktu bekerja lebih panjang pada sistem work from home ini jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Di sisi lain, dengan mulai dibukanya kantor kembali setelah ada “relaksasi” peraturan membuat sebagian orang kembali beraktivitas penuh di kantor dan mencoba mengejar beberapa pekerjaan yang sudah sedikit terhambat dalam satu tahun terakhir. Aktivitas rutin dengan keluar rumah sebelum matahari terbit dan pulang ke rumah setelah matahari terbenam terkesan akan menjadi menu sehari-hari para pekerja, terutama di ibukota. Kondisi ini tidak hanya memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental namun juga berkaitan dengan kesehatan jantung.

Working overload secara umum didefinisikan sebagai durasi kerja per minggu yang berada di atas rata-rata orang normal. Umumnya waktu kerja seseorang itu 40-50 jam setiap minggunya. Namun hal ini tidak bisa disamaratakan karena tergantung dari seberapa berat intensitas pekerjaan yang dilakukan dan jenis pekerjaannya.

Sebuah studi menunjukkan waktu bekerja > 55 jam per minggu memiliki risiko untuk mengalami penyakit jantung koroner rekuren atau berulang dibandingkan dengan grup lain yang memiliki rerata 35-40 jam setiap minggunya pada kelompok orang penyintas serangan jantung dan sudah kembali bekerja. Dr. Xavier Trudel, salah satu penulis studi ini menyatakan memperhatikan seberapa lama seseorang bekerja dan hal-hal yang membuat stress selama bekerja sangat membantu untuk menentukan seberapa besar pengaruh lingkungan pekerjaan dan seberapa besar potensi stress yang dialami seseorang. Peneliti dari Universite Laval Research Center di Quebec Kanada ini menyatakan ketika kedua faktor ini dialami maka terdapat peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung koroner berulang.

Penelitian degan 967 subjek ini menyatakan pada pasien penyintas serangan jantung yang bekerja lebih dari 55 jam setiap minggunya memiliki kemungkinan 67% lebih mungkin mengalami penyakit jantung berulang dibandingkan dengan kelompok pekerja dengan 35-40 jam per minggu yang digunakan untuk bekerja. Studi ini sudah melakukan penyesuaian dengan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh dan menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Bahkan penulis artikel menitikberatkan hubungan ini memiliki kesetaraan dengan perilaku merokok pasca serangan jantung dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular ulangan. Ketika dilakukan analisa yang mendalam, didapatkan hubungan antara setiap peningkatan overtime selama 10 jam, terdapat pula peningkatan risiko yang sangat signifikan. Jika diamati dari jenis pekerjaan yang tergolong pekerjaan dengan tuntutan yang besar secara psikologis dan lebih banyak menerima perintah 2,5 kali lebih tinggi risikonya menderita penyakit jantung berikutnya. Trudel menyatakan bahwa terdapat perubahan gaya hidup pada kelompok pekerja ini, dimana ditemukan lebih banyak periaku merokok, gaya hidup sedenter dan konsumsi alkohol yang tinggi

Di negara-negara eropa, orang yang bekerja dengan durasi lebih dari 40 jam per minggu berisiko untuk mengonsumsi alkohol lebih banyak dibandingkan dengan kelompok lainnya dimana bahaya dari konsumsi alkohol yang berlebihan sudah diketahui efek buruknya bagi kesehatan jantung. Selain itu dengan durasi pekerjaan yang panjang membuat seseorang juga tidak cukup istirahat dan kualitas tidurnya kurang baik sehingga mengalami penurunan produktivitas. Sebuah penelitian dari Universitas Stanford di Amerika Serikat menunjukkan orang yang bekerja lebih dari 70 jam tidak menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak daripada kelompok yang bekerja 56 jam per minggu. Selain itu gangguan waktu istirahat meningkatkan risiko terhadap kesehatan jantung. Dengan adanya durasi pekerjaan yang panjang membuat seseorang menjadi stress dan akan meningkatkan produks hormon kortisol. Pada kondisi normal, hormon ini berperan dalam mempersiapkan seseorang ketika menghadapi situasi genting tertentu, namun bila kadarnya berlebihan dapat berperan dalam terjadinya penyakit jantung koroner, stroke dan diabetes melitus. Bekerja secara berlebih juga menurunkan kualitas hidup seseorang, sehingga tidak sedikit kesehatan mental ini memberikan dampak kepada kesehatan jasmani

Li Jian, professor dari University of California di Los Angeles menyimpulkan bahwa studi ini memberikan informasi terbaru mengenai faktor pekerjaan yang nyatanya memiliki peran penting dalam perjalanan penyakit jantung koroner. Oleh karena itu beliau berpendapat bahwa pelayanan kesehatan berbasis okupasi sangat dibutuhkan untuk berkolaborasi terutama dalam pencegahan sekunder penyakit jantung dan pembuluh darah.

 

Sumber:

Trudel X, Brisson C, Talbot D, Gilbert-Ouimet M, Milot A. Long working hours and risk of recurrent coronary events. J Am Coll Cardiol 2021;77:1616-1625