Ayo Deteksi, Kontrol dan Cegah Komplikasi Terkait Hipertensi

Ayo Deteksi, Kontrol dan Cegah Komplikasi Terkait Hipertensi

 

Penulis: dr. Susetyo Atmojo, Sp.JP

 

Berdasarkan panduan International Society of Hypertension tahun 2020, hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mm Hg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mm Hg (yang dilakukan pengukuran di fasilitas kesehatan). Data WHO tahun 2019 menyebutkan sekitar 1,13 milyar penduduk dunia memiliki hipertensi, dimana 2/3 dari jumlah tersebut berada di negara berkembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk usia > 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 34,11%.

Cara Pengukuran Tekanan Darah yang Ideal

Hipertensi sendiri dapat diketahui dengan cara Sobat Sehat dan masyarakat rajin memeriksakan tekanan darah. Dalam melakukan pengukuran tekanan darah terdapat beberapa kondisi ideal yang sebaiknya dipenuhi sehingga diharapkan dapat memperoleh nilai tekanan darah yang tepat, diantaranya: pengukuran tekanan darah dilakukan pada ruangan yang tenang dengan temperatur yang nyaman; dalam waktu 30 menit sebelum pengukuran diharapkan seseorang tersebut tidak merokok, tidak mengonsumsi kafein dan tidak melakukan aktivitas fisik berat; dalam kondisi kandung kemih/kencing yang kosong; duduk dalam keadaan rileks setidaknya 3-5 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah; pemeriksa dan orang yang diperiksa tekanan darahnya tidak saling berbincang selama pengukuran tekanan darah dilakukan; pengukuran tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan darah manual atau elektronik yang terkalibrasi/tervalidasi dengan ukuran cuff/manset yang sesuai dengan ukuran lingkar lengan atas masing-masing individu yang diukur tekanan darahnya. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval 1 menit antar pengukuran dan rerata dari 2 hasil pengukuran terakhir merupakan nilai tekanan darah seseorang tersebut. Diagnosis hipertensi ditegakkan jika nilai tekanan darah seseorang dari 2-3 kali kunjungan dengan interval 1-4 minggu menunjukkan ≥140/90 mm Hg. Diagnosis hipertensi dapat ditegakkan pada seseorang hanya dengan 1 kali kunjungan ke fasilitas kesehatan jika tekanan darahnya ≥180/110 mm Hg dan terdapat bukti adanya penyakit kardiovaskular.

Jenis Pengukuran Tekanan Darah

Saat ini, pengukuran tekanan darah di fasilitas kesehatan merupakan cara pengukuran tekanan darah yang paling banyak dipakai untuk menegakkan dan mengevaluasi hipertensi. Akan tetapi sebenarnya terdapat jenis lain dalam mengukur tekanan darah seseorang yakni dengan cara pengukuran tekanan darah di luar fasilitas kesehatan (out-of-office blood pressure measurement) yakni melalui Home Blood Pressure Monitoring (HBPM) dan 24-Hour Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM). Jika memungkinkan dan tersedia, diagnosis hipertensi pada seseorang atas dasar pengukuran tekanan darah yang dilakukan di fasilitas kesehatan sebaiknya dikonfirmasi dengan salah satu cara tersebut. Out-of-office blood pressure measurement, baik itu melalui HBPM maupun ABPM selain berguna dalam hal menegakkan diagnosis hipertensi pada kasus yang belum jelas tegak adanya hipertensi, misalnya pada seseorang dengan tekanan darah sistolik 130-139 mm Hg dan/atau tekanan darah diastolik 85-89 mm Hg (high-normal blood pressure), mengevaluasi tekanan darah, juga berguna dalam menentukan karakteristik peningkatan tekanan darah pada seseorang. Dalam praktik sehari-hari dapat dijumpai seseorang dengan “white coat hypertension” yakni kondisi peningkatan tekanan darah hanya terjadi ketika dilakukan pemeriksaan tekanan darah di fasilitas kesehatan tetapi tekanan darahnya normal ketika dilakukan pemeriksaan di luar fasilitas kesehatan melalui HBPM atau ABPM, sebaliknya terdapat seseorang dengan “masked hypertension” yaitu kondisi peningkatan tekanan darah dijumpai ketika dilakukan pemeriksaan di luar fasilitas kesehatan melalui HBPM atau ABPM tetapi tekanan darahnya normal ketika dilakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan.

Hipertensi Umumnya Tidak Bergejala, tetapi Berbahaya (“Silent Killer”)

Mayoritas pasien hipertensi tidak merasakan keluhan atau gejala apapun, terutama pada kondisi awal. Hal inilah yang membuat sebagian besar pasien hipertensi tidak menyadari jika telah menderita hipertensi. Adapun jika merasakan keluhan, maka keluhan hipertensi umumnya merupakan keluhan yang tidak spesifik, diantaranya: sakit kepala, penglihatan kabur, jantung berdebar, mudah lelah, nyeri dada dan gelisah. Hipertensi seringkali disebut sebagai kondisi “silent killer” karena sebagian besar pasien hipertensi tidak mengalami keluhan apapun dan kondisi ini jika tidak diobati/dikontrol tekanan darahnya akan berkembang menjadi salah satu penyebab utama sebagian besar kematian di dunia. Hipertensi jika tidak segera dikontrol dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh. Beberapa komplikasi kerusakan/abnormalitas organ yang sering kita jumpai terkait hipertensi diantaranya: Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke (otak/susunan saraf pusat), gagal jantung dan penyakit jantung koroner (jantung), penyakit ginjal kronis (ginjal), hipertensive retinopathy (mata), penyakit arteri perifer oklusif kronis (pembuluh darah pada ekstremitas/anggota gerak), serta beberapa komplikasi organ yang lain.

Faktor-Faktor Risiko Hipertensi dan Penyebab Angka Kejadian Hipertensi Terus Meningkat dari Waktu ke Waktu

Faktor-faktor risiko hipertensi secara umum dibagi menjadi 2, yakni faktor risiko individual yaitu faktor risiko yang melekat pada seseorang dan tidak bisa diintervensi seperti genetik, jenis kelamin dan usia lanjut serta faktor risiko yang diakibatkan oleh perilaku/pola hidup yang tidak sehat yang mestinya dapat dan harus bisa dilakukan intervensi/modifikasi pola hidup agar tidak makin berkembang lebih lanjut pada kondisi dan komplikasi terkait hipertensi. Dari suatu studi dikatakan lebih dari 50% pasien hipertensi memiliki satu atau lebih faktor risiko tambahan yang diakibatkan oleh perilaku/pola hidup yang tidak sehat seperti diabetes, hiperkolesterolemia, obesitas, hiperuricaemia, sindroma metabolik, merokok, kurangnya aktivitas fisik, stres psikis dan konsumsi alkohol.

Sejauh ini dunia kedokteran telah mengenal banyak hal terkait kondisi hipertensi ini khususnya terkait aspek pengobatan, tetapi sayangnya jumlah pasien hipertensi justru tak kunjung turun bahkan cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini salah satunya disebabkan belum terlaksananya perilaku hidup sehat di masyarakat dan masyarakat cenderung terbawa arus pola hidup praktis dan tidak sehat. Perilaku hidup sehat dapat mencegah munculnya kondisi hipertensi dan mengurangi kebutuhan atau dosis tinggi obat hipertensi. Beberapa perilaku hidup sehat yang terbukti dapat mencegah hipertensi dan dapat menurunkan tekanan darah diantaranya: konsumsi diet rendah garam, rendah gula, dan rendah lemak jenuh, konsumsi diet sehat (gizi seimbang) dan tinggi serat (sayur dan buah-buahan), menjaga berat badan ideal, stop merokok dan hindari konsumsi alkohol, menjaga aktivitas fisik berolah raga secara teratur, mengurangi dan mengelola stres dengan baik, serta mengurangi paparan terhadap polusi udara.

Tata Laksana Hipertensi

Tata laksana seseorang dengan hipertensi meliputi 2 hal penting yakni selalu menjalankan pola hidup sehat dan mengonsumsi obat-obatan hipertensi (terapi farmakologis) secara teratur dan terus-menerus sepanjang hidup. Kedua hal ini merupakan hal kunci dalam tata laksana hipertensi dan pasien dengan hipertensi dapat berkonsultasi dengan dokter terkait hal ini. Upaya evaluasi dan monitoring tekanan darah untuk mengetahui keberhasilan pengobatan hipertensi harus senantiasa kita lakukan dan konsultasikan kepada dokter agar tercapai rentang nilai tekanan darah yang normal (<140/90 mm Hg atau <130/80 mm Hg jika tertoleransi).

Pentingnya Kesadaran tentang Hipertensi di Era Pandemi Covid-19

            Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, hipertensi merupakan salah satu kondisi komorbid tertinggi dan terbukti dapat meningkatkan angka keparahan pasien yang mengalami infeksi Covid-19. Fenomena ini harus disikapi dengan makin seriusnya kita menyadari adanya hipertensi, menjalankan pola/perilaku hidup sehat, serta mengobati atau mengontrol tekanan darah jika terdapat kondisi hipertensi pada kita. Hal ini sebagai upaya menurunkan angka keparahan terkait infeksi Covid-19, selain tentu saja pentingnya usaha untuk selalu menjalankan protokol kesehatan secara tepat sebagai upaya mencegah terkena infeksi Covid-19.

Pesan Penting terkait Peringatan Hari Hipertensi Sedunia

Pesan penting terkait peringatan Hari Hipertensi Sedunia tahun ini yakni semua orang dewasa terutama harus mengetahui tekanan darahnya. Ada baiknya juga jika hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan di fasilitas kesehatan jika dalam rentang normal, maka kita konfirmasi dengan pengukuran tekanan darah yang dilakukan di luar fasilitas kesehatan, seperti di rumah misalnya melalui HBPM maupun ABPM, agar kita bisa mendeteksi kondisi hipertensi secara lebih baik serta mengetahui karakteristik peningkatan tekanan darah kita. Jika kita terbukti menderita hipertensi maka kita harus segera menurunkan/mengontrol tekanan darah kita dengan cara berkonsultasi dengan dokter serta menjalankan pola hidup sehat dan mengonsumsi obat-obatan hipertensi secara teratur dan terus-menerus sepanjang hidup agar dapat mencegah berbagai komplikasi kerusakan/disfungsi organ terkait hipertensi yang dapat menyebabkan kematian dini. Tidak kalah pentingnya upaya evaluasi dan monitoring tekanan darah untuk mengetahui keberhasilan pengobatan hipertensi harus senantiasa kita lakukan dan konsultasikan kepada dokter agar tercapai rentang nilai tekanan darah yang normal. Kesadaran untuk mengetahui tekanan darah masing-masing kita dan kesadaran tentang hipertensi ini seyogyanya merupakan kesadaran atau tanggung jawab berbasis komunitas pada tiap elemen masyarakat (population-based awareness) dan bukan hanya kesadaran atau tanggung jawab di tingkat tenaga kesehatan atau klinisi medis saja. Dengan cara ini harapan agar kita semua bisa hidup lebih panjang, bahagia dan berdaya guna dapat kita wujudkan. “Measure Your Blood Pressure Accurately, Control It, Live Longer”. Salam Sehat untuk kita semua.