Apakah Penyakit Jantung Koroner Dapat Dideteksi Dini?

Apakah Penyakit Jantung Koroner Dapat Dideteksi Dini?

 

Oleh : dr. Celly Anantaria, Sp.JP

 

Saat ini penyakit kardiovaskular masih merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan bahwa setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung (Press Release, World Heart Day PERKI 2019).

Jenis penyakit kardiovaskular terbanyak adalah penyakit jantung koroner (PJK). Pada keadaan ini, terjadi pembentukan plak pada pembuluh darah yang memperdarahi otot jantung (arteri koroner) sehingga terjadi proses yang dikenal sebagai aterosklerosis. Seiring bertambahnya plak, arteri koroner menjadi lebih sempit sehingga mengganggu aliran darah di dalam arteri tersebut. Keadan ini disebut sebagai iskemia, suatu kondisi yang dapat berlangsung bertahun-tahun. Sebagian pasien mengalami keluhan rasa tidak enak di dada bila beraktivitas (angina), sebagian pasien tidak mengalami gejala apapun. Proses kronis ini dapat menjadi progresif dan berakhir fatal bila terjadi sumbatan total secara akut sehingga pasien mengalami serangan jantung (gambar 1).

   

Gambar 1. Seiring bertambahnya tumpukan plak pada pembuluh koroner, diameter pembuluh mengecil sehingga terjadi gangguan aliran darah. Plak dapat ruptur (pecah), dan bila hal ini terjadi, bekuan darah terbentuk pada plak tersebut dan menyumbat aliran secara total (disadur dari https://www.cdc.gov/heartdisease/facts.htm

 

Deteksi Aterosklerosis

 

Salah satu modalitas pencitraan yaitu CT scan dengan keunggulan resolusi spasial yang tinggi memiliki peranan besar dalam menilai patensi coroner karena CT scan mampu menilai fase paling awal dari aterosklerosis. Pemeriksaan ini dikenal dengan nama CT angiografi koroner (Coronary CT angiography, CCTA). Prosedur CCTA dilakukan secara non invasif, dan pada kebanyakan kasus pasien tidak memerlukan rawat inap.

 

Penilaian Skor kalsium (Calcium Coronary Score, CaCS)

 

Penilaian Skor kalsium dilakukan dengan pemeriksaan CT scan tanpa menggunakan zat kontras (gambar 2). Analisa studi kohort terhadap populasi pasien  baik yang memiliki gejala aterosklerosis (PROMISE study) maupun pada populasi pasien tanpa gejala (MESA study)  menunjukkan bahwa nilai CaCS= 0 akan menempatkan pasien dalam risiko sangat kecil terhadap kejadian kardiovaskular di masa depan dengan angka kejadian tahunan < 1%. Pada pasien yang memiliki gejala, nilai CaCS > 400 menempatkannya pada risiko 3.56 kali lebih tinggi untuk megalami kejadian kardiovaskular (Budoff, et al. 2017)

 

A.  

 

 B.

C. 

 

Gambar 2. Skor kalsium koroner pasien dengan PJK stabil. A. Arteri desendens anterior. B. Arteri circumflex kiri dan arteri koroner kanan. C. Skor kalsium pada ketiga arteri koroner

 

Penilaian Plak Arteri Koroner

 

Pemeriksaan CT arteri coroner dengan menggunakan zat kontras mampu membuat diagnosis PJK menjadi lebih jelas, sehingga memperbaiki luaran klinis pasien terhadap kejadian kardiovaskular (Doris M, et al. 2019). Berbagai jenis kelainan pada pembuluh koroner dapat terlihat pada gambar 3.

A.     

 

B.  

 

C. 

Gambar 3. Pembuluh koroner yang mengalami pelebaran dan sumbatan total. A. Proyeksi 3 dimensi; B. Proyeksi 2 dimensi untuk menilai lumen pembuluh; C. plak koroner dengan dan tanpa kalsium disertai penilaian beratnya sumbatan koroner.

Kesimpulan

Penyakit jantung koroner disebabkan pembentukan plak pada arteri koroner yang menyebabkan gangguan aliran darah di dalamnya yang dapat berakibat fatal. Pemeriksaan CT scan secara non invasif baik dengan ataupun tanpa zat kontras mampu memberikan informasi yang akurat  dalam menapis dan mendeteksi dini kelainan pada arteri koroner.