Apakah Mengonsumsi Telur Setiap Hari Baik Bagi Kesehatan Jantung?

Apakah Mengonsumsi Telur Setiap Hari Baik Bagi Kesehatan Jantung?

 

Penulis: dr. Robertus Brian Junarli

 

Diet rendah kolesterol telah menjadi bagian dari pedoman American Heart Association (AHA) dan American College of Cardiology (ACC) tentang manajemen gaya hidup terutama pada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh darah maupun kelompok yang beresiko terkena penyakit kardiovaskular. Sampai dengan saat ini, pertanyaan tentang aman atau tidaknya mengonsumsi telur masih menjadi bahan diskusi dan perdebatan bahkan di kalangan para ahli. Beberapa penelitian dilakukan untuk menilai efek mengonsumsi telur dan kejadian penyakit kardiovaskular dimana ditemukan adanya peningkatan resiko terkena penyakit kardiovaskular pada orang yang mengonsumsi telur dimana kandungan kolesterol pada telur yang cukup tinggi dicurigai menjadi pemicu terjadinya penyakit kardiovaskular. Lalu apakah mengonsumsi telur setiap hari menjadi berbahaya?

Bila kita melihat nilai gizi dari satu butir telur, terdapat sekitar 75 kalori, 5 gram lemak, 6 gram protein, 0 karbohidrat, 67 miligram kalium, 70 miligram natrium, dan 160-210 miligram kolesterol. Telur juga merupakan sumber vitamin A, D, dan B12 yang baik, serta kolin, nutrisi yang penting untuk banyak tahap metabolisme. Telur juga menjadi sumber karotenoid xanthophyll alami, yang telah terbukti berperan dalam mengurangi peradangan/inflamasi. Namun, telur merupakan sumber makanan yang kaya kolesterol sehingga individu dengan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah disarankan untuk mengurangi konsumsi telur pada diet hariannya. Namun ada penelitian yang menerangkan bahwa mengkonsumsi bahan makanan pengganti telur yang bebas kolesterol tidak menurunkan risiko individu tersebut untuk meningkatkan faktor risiko terkena penyakit kardiovaskular bila dibandingkan dengan mengonsumsi telur. Selain itu, ada penelitian yang menemukan bahwa mengkonsumsi tiga telur per hari selama 12 minggu tidak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada individu dengan sindrom metabolik.

Berdasarkan pedoman AHA/ACC 2012, individu dengan risiko penyakit kardiovaskular sebelumnya disarankan untuk menghindari konsumsi telur karena tingginya kandungan kolesterol pada telur. Namun saat ini, rekomendasi telah diperbaharui yaitu daripada membatasi asupan kolesterol secara ketat, pedoman AHA dan ACC sekarang merekomendasikan pola diet yang menekankan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, produk susu rendah lemak, unggas, ikan, dan kacang-kacangan sebagai pendekatan untuk mengubah kadar lemak darah secara menguntungkan. Sebagai catatan, pedoman diet untuk orang Amerika 2015-2020 telah menghapus rekomendasi untuk membatasi asupan kolesterol hingga tidak lebih dari 300 mg per hari. Namun, pedoman ini tetap menyarankan agar individu mangatur pola diet dimana konsumsi makanan yang mengandung kolesterol sesedikit mungkin sambil meningkatkan konsumsi makanan sehat.

Penelitian menunjukkan bahwa kolesterol dalam telur tidak berdampak negatif pada tubuh manusia dibandingkan dengan sumber kolesterol lainnya. Sebagai contoh, telur biasanya disajikan dengan makanan lain yang tinggi garam, lemak jenuh, dan kolesterol, seperti bacon, keju, dan mentega. Makanan-makanan ini dikenal dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan sebaiknya dikonsumsi dengan sedikit. Sebagian besar orang yang sehat dapat mengonsumsi hingga tujuh butir telur dalam seminggu tanpa berdampak pada kesehatan jantung mereka. Beberapa orang memilih hanya mengonsumsi putih telur dan tidak kuning telurnya, yang masih memberikan beberapa kandungan protein tanpa kolesterol.

AHA merekomendasikan bahwa orang yang menderita penyakit jantung dapat mengonsumsi telur sebagai bagian dari pola makan yang sehat, dengan beberapa catatan. Pertama, sebaiknya konsumsi telur dibatasi hingga satu butir telur sehari atau tiga butir seminggu. Kebanyakan telur mengandung sekitar 186 mg kolesterol, yang bisa meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam tubuh. Meskipun begitu, kandungan nutrisi dalam telur, seperti protein dan vitamin, membuatnya tetap bisa dimasukkan dalam pola makan sehat. Kedua, orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung, seperti riwayat keluarga atau tekanan darah tinggi, sebaiknya membatasi konsumsi telur lebih ketat lagi. Kelompok beresiko seperti ini disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menyesuaikan konsumsi telur dengan kebutuhan kesehatan mereka.

Selain itu, AHA juga menyarankan agar konsumsi telur sebaiknya disertai dengan pola makan yang seimbang dan aktifitas fisik yang cukup. Pola makan yang seimbang dapat membantu menjaga keseimbangan nutrisi dalam tubuh, sedangkan aktifitas fisik yang cukup dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan mencegah risiko penyakit jantung. Namun, penting untuk diingat bahwa rekomendasi AHA tentang konsumsi telur pada penderita sakit jantung tidak berlaku untuk semua orang. Setiap individu memiliki kebutuhan dan kondisi kesehatan yang berbeda, sehingga sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menyesuaikan pola makan yang tepat untuk kesehatan jantung mereka. AHA merekomendasikan bahwa orang yang menderita penyakit jantung dapat mengonsumsi telur sebagai bagian dari pola makan yang sehat dengan pembatasan yang sesuai.

            Dengan demikian, pada orang tanpa resiko atau dengan resiko rendah terkena penyakit kardiovaskular dapat dikatakan aman untuk mengonsumsi telur setiap hari dengan catatan tidak mengonsumsi sumber makanan lain yang mengandung kolesterol tinggi seperti daging merah, lemak dan lainnya. Pada orang dengan resiko tinggi serta penderita penyakit kardiovaskular perlu membatasi konsumsi telur dikarenakan kadar kolesterol yang terkandung pada telur yang cukup tinggi dan pada kekompok tersebut diet rendah kolesterol sangat direkomendasikan karena peningkatan kolesterol telah terbukti meningkatkan resiko terkena penyakit kardiovaskular dan memperburuk kondisi sakit jantung bagi penderitanya.

 

References :

1.  Zhao B, Gan L, Graubard BI, Männistö S, Albanes D, Huang J. Associations of Dietary Cholesterol, Serum Cholesterol, and Egg Consumption With Overall and Cause-Specific Mortality: Systematic Review and Updated Meta-Analysis. Circulation. 2022 May 17;145(20):1506-1520. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.121.057642. Epub 2022 Apr 1. PMID: 35360933; PMCID: PMC9134263.

2.    Tobias DK. What Eggsactly Are We Asking Here? Unscrambling the Epidemiology of Eggs, Cholesterol, and Mortality. Circulation. 2022 May 17;145(20):1521-1523. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.122.059393. Epub 2022 May 16. PMID: 35576317.

3.   Zachary S. Clayton, Elizabeth Fusco, Mark Kern, Egg consumption and heart health: A review. Nutrition; 2017;  (37)79-85, ISSN 0899-9007, https://doi.org/10.1016/j.nut.2016.12.014. 

     Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/close-up-breakfast-table-with-red-tablecloth-fried eggs-cheese-cheese-cucumbers-tomatoes-lettuce-coffee_7700458.htm#query=mengonsumsi%20telur&position=3&from_view=search&track=ais