Apa itu Diseksi Aorta?

Apa itu Diseksi Aorta?

Penulis: dr. Virandra B. Kusmanto

 

Aorta adalah pembuluh darah arteri terbesar yang mengalirkan darah dari jantung kemudian dilanjutkan ke bagian cabang tubuh. Setiap harinya aorta menerima darah dalam volume yang banyak dengan tekanan yang tinggi dari jantung. Untuk dapat mengakomodasi beban kerja yang dimiliki, aorta berukuran besar dan memiliki sifat elastis. Seperti bentuk sebuah tabung, dinding aorta memiliki tiga lapisan, yakni lapisan paling dalam yang disebut tunika intima, lapisan tengah yang disebut tunika media, dan lapisan paling luar yang disebut tunika adventitia. Lapisan tengah aorta merupakan lapisan paling tebal yang berisi jaringan elastis dan otot polos. Ketiga lapisan ini membentuk dinding solid yang dapat dilalui aliran darah pada kondisi normal. Seiring dengan kondisi penuaan, aorta yang tadinya lentur dan elastis bisa menjadi semakin kaku.

Lalu apa yang terjadi pada diseksi aorta? Diseksi aorta adalah suatu kondisi dimana terbentuk bendungan darah di tempat yang tidak seharusnya, yaitu di antara lapisan paling dalam dan tengah dinding aorta, menyebabkan kedua lapisan tersebut menjadi terpisah. Kondisi ini paling sering dicetuskan oleh robekan pada lapisan paling dalam dinding aorta atau perdarahan dalam dinding aorta.

Secara umum, diseksi aorta cukup jarang ditemukan. Di Amerika Serikat, diseksi aorta ditemukan pada 3 dari 100.000 orang tiap tahunnya. Meskipun demikian, apabila telah terjadi, diseksi aorta merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa dalam waktu cepat. Bahaya diseksi aorta adalah ketika bendungan darah dalam dinding aorta semakin meluas dan menyebabkan berbagai komplikasi seperti pecahnya aorta yang mengakibatkan perdarahan aktif, ataupun sumbatan aliran darah normal akibat penekanan bendungan darah dalam dinding aorta.

Diseksi aorta lebih banyak terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia lanjut diatas 65 tahun. Risiko terjadinya kondisi ini meningkat pada penderita hipertensi, perokok, kolesterol tinggi, penumpukan lemak dalam pembuluh darah, kelainan bawaan genetik seperti sindroma Marfan, kondisi kehamilan, kecelakaan kecepatan tinggi yang melibatkan trauma dada, juga pada pengguna kokain, dan pengangkat beban berat.

Gejala diseksi aorta tidak terlalu spesifik. Seringkali gejala yang ada dapat menyerupai kondisi penyakit lainnya. Salah satu gejala yang dapat ditemui yaitu nyeri hebat pada dada yang mendadak dan memiliki sensasi tajam seperti suatu tusukan atau robekan di dalam dada yang bisa menjalar ke punggung, bokong, hingga tungkai. Pada sejumlah kecil pasien, nyeri dada hanya terasa ringan bahkan tidak terasa. Gejala lainnya termasuk pingsan, sesak, kelemahan anggota gerak sebelah bagian tubuh, ataupun penurunan kesadaran akibat sumbatan aliran darah ke otak.

Beragamnya kemungkinan gejala klinis yang ada menyebabkan penegakkan diagnosis diseksi aorta lebih sulit ditegakkan. Karena itu akan diperlukan pemeriksaan yang terarah untuk dapat memastikan visualisasi diseksi aorta dengan lebih jelas. Tekanan darah lengan kiri dan kanan bisa ditemukan berbeda jauh. Suara jantung yang abnormal juga bisa ditemukan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto rontgent dada, ct-scan, MRI, ataupun ekokardiografi transesofageal.

Tatalaksana diseksi aorta bergantung kepada lokasi dan derajat keparahan yang ada. Terapi obat-obatan dapat diberikan sebagai pereda nyeri dan penurun tekanan darah. Koreksi diseksi aorta segera dilakukan dengan metode pembedahan dimana bagian aorta yang rusak digantikan dengan suatu alat buatan, ataupun dengan tindakan intervensi endovaskular dimana alat bantu dimasukkan melewati pembuluh darah.

Beratnya kondisi diseksi aorta membuat pencegahan dan deteksi dini sangat penting. Karena itu, apabila terdapat gejala serupa diseksi sebaiknya segera untuk diperiksakan ke rumah sakit. Pada individu dengan risiko yang lebih tinggi sebaiknya melakukan kontrol rutin untuk menjaga tekanan darah juga kadar kolesterol normal serta menjalani pola hidup sehat dan menghindari hal-hal yang dapat memperberat kondisi komorbid.

 

Referensi:

Braverman AC. Diseases of the aorta. In: Braunwald’s Heart Disease. 10th Edition. 2015.

Erbel R, Aboyans V, Boileau C, et al. 2014 ESC Guidelines on the diagnosis and treatment of aortic diseases: Document covering acute and chronic aortic diseases of the thoracic and abdominal aorta of the adult. The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Aortic Diseases of the European Society of Cardiology (ESC) [published correction appears in Eur Heart J. 2015 Nov 1;36(41):2779]. Eur Heart J. 2014;35(41):2873-2926.

Nienaber, AC., Clough, RE., Sakalihasan, N., Suzuki, T., Gibbs, R., et al. Aortic Dissection. Nat Rev Dis Primers 2, 16053 (2016).