Andaliman: Rempah-Rempah Khas Batak yang Kaya Manfaat bagi Kesehatan Tubuh
Penulis: dr. Daniel Christian Fernandez Hutabarat
Andaliman, dalam bahasa latin Zanthoxylum acanthopodium, atau yang lebih dikenal dengan itir-itir atau merica batak, merupakan salah satu jenis rempah-rempah endemik daerah Tapanuli yang sering digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan khas suku Batak seperti arsik, saksang dan campuran ke sambal dan memberikan citarasa yang unik sehingga membuat bumbu ini cukup terkenal dan sangat diminati masyarakat. Andaliman, yang juga cukup terkenal di dataran tinggi Tiongkok dengan sebutan Szechuan pepper, juga dimanfaatkan oleh masyarakat tiongkok sebagai preskripsi untuk pengobatan sakit gigi, nyeri perut, diare dan lain-lain. Di Indonesia, Andaliman biasanya hanya dapat dijumpai di daerah dataran tinggi Tapanuli, Sumatera Utara. Ada beberapa kondisi yang diperlukan agar tanaman ini dapat berkembang dan menghasilkan buah, yaitu pohon andaliman hanya dapat tumbuh di ketinggian 1200-1500 meter di atas permukaan laut dengan suhu yang stabil antara 15°-18° C serta kelembaban udara cukup tinggi, yaitu berkisar 85-90%. Hal ini membuat tanaman andaliman cukup langka dan harga juga mahal.
Andaliman yang fenomenal akan citarasanya unik ternyata menyimpan segudang senyawa yang berperan baik untuk kesehatan tubuh kita. Pada penelitian analisis biokimia andaliman yang dilakukan Wei dkk pada tahun 2008 dan Wei dkk pada tahun 2011, tercatat 140 senyawa yang berhasil diidentifikasi dari tanaman andaliman, beberapa di antaranya seperti senyawa alkaloid, terpenoid, flavonoid. Rangkaian senyawa ini berperan signifikan dalam memberi efek antinyeri, antiinflamasi, antifungal, antibakterial, antioksidan serta antikanker. Radikal bebas merupakan komponen yang berkontribusi besar dalam memicu berbagai penyakit dalam tubuh manusia mulai dari thrombosis atau pembekuan darah, inflamasi, degenerasi sel syaraf, dan karsinogenesis atau pembentukan cikal bakal sel kanker. Studi laboratorium yang dilakukan pada tahun 1995 oleh Lu dkk menunjukkan adanya penurunan malondialdehyde, senyawa radikal bebas, pada hewan percobaan yang diberikan ekstrak minyak andaliman serta terjadinya peningkatan aktivitas katalase, superoksida dismutase, yang berfungsi memecah senyawa oksidan yang berbahaya bagi tubuh.
Konsentrasi radikal bebas yang tinggi erat hubungannya dengan kadar lemak jahat ‘LDL’, trigliserida, dan kolesterol plasma darah yang tinggi pula. Kadar lemak-lemak jahat yang tinggi ini akan berpotensi memicu kerusakan lapisan dalam pembuluh darah dan berakibat kepada gangguan kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular sendiri merupakan penyakit dengan mortalitas yang cukup tinggi di Indonesia bahkan di dunia. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan alamiah akan dapat menurunkan resiko munculnya penyakit-penyakit kardiovaskular seperti Penyakit Jantung Koroner, stroke serta kematian akibat serangan jantung. Ma dkk pada penelitian hewan percobaan tahun 2005 menyimpulkan adanya penurunan kadar lemak LDL, trigliserida dan kolesterol secara signifikan pada hewan yang diberikan ekstrak minyak andaliman. Liu dkk pada tahun 2007 juga menegaskan adanya penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar lemak baik ‘HDL’ yang disertai dengan penurunan kekentalan darah pada hewan percobaan yang diberikan ekstrak minyak andaliman.
Kemungkinan salah satu penelitian percoban hewan paling fenomenal mengenai andaliman, sekalipun membutuhkan investigasi lebih lanjut, adalah penelitian oleh Zhao dkk pada tahun 2020 yang menyimpulkan sementara adanya perbaikan fungsi kognisi dan pencegahan kerusakan syaraf melalui aktivasi jalur sinyal Nrf2 (Nrf2 signaling pathway activation) yang jika dapat diimplementasikan kepada manusia nantinya, ekstrak andaliman ini nantinya dapat menjadi pilihan komposisi pengobatan baik pasien alzheimer maupun pasien berusia tua dengan penurunan kemampuan daya ingat.