Anak Sering Demam dan Nyeri Tenggorokan? Waspadai Resiko Terkena Penyakit Jantung Rematik
Penulis: dr. Robertus Brian Junarli
Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan komplikasi yang sering dari demam rematik akut. Secara global, terdapat 15 juta kasus dari penyakit jantung rematik dengan 282 ribu kasus baru dan 233 ribu kematian setiap tahunnya. Pada negara berkembang, insiden penyakit jantung rematik sendiri adalah sebesar 19 dari 100.000 anak. Menurut data yang diterbitkan oleh Global Burden of Disease pada tahun 2015, setidaknya 33,4 juta orang di seluruh dunia menderita RHD. Sayangnya, sampai dengan saat ini belum ada data nasional yang representatif menggambarkan tentang karakteristik PJR di Indonesia meskipun dicurigai memiliki prevalensi penyakit yang tinggi.
Pada penyakit ini terjadi kerusakan katup jantung akibat reaksi inflamasi autoimun yang permanen yang disebabkan demam reumatik akut akibat infeksi saluran pernafasan oleh bakteri streptococcus grup A. Penyakit jantung rematik lebih banyak menyerang anak-anak, serta dewasa muda dan terutama di negara dengan penghasilan menengah ke bawah. Anak-anak yang mengalami infeksi radang tenggorokan berulang memiliki risiko yang tinggi untuk terkena demam rematik. Oleh karena itu, demam rematik akut bukanlah kasus yang jarang, hanya mungkin banyak orang tidak menyadarinya.
Gejala demam rematik sering kali muncul 2–4 minggu setelah radang tenggorokan akibat infeksi bakteri Streptococcus yang tidak tertangani. Penderita demam rematik bisa mengalami beberapa gejala berupa demam, lemas dan mudah lelah. Selain itu, timbul keluhan lain berupa bengkak, merah, dan nyeri pada persendian, terutama di siku, lutut, serta pergelangan tangan dan kaki serta nyeri sendi yang menyebar ke sendi yang lain. Ada pula ruam kemerahan yang timbul di kulit. Gejala-gejala lain meliputi nyeri dada, sesak napas, jantung berdebar, gerakan tubuh yang tidak terkendali di wajah, tangan, dan kaki dan lain-lain.
Penegakkan diagnosis PJR ditunjukkan dengan adanya gejala demam rematik akut yang melibatkan katup jantung (dengan menggunakan pemeriksaan ekokardiografi). Ekokardiografi menjadi salah satu modalitas penting dalam mendeteksi kelainan katup pada pasien dengan PJR. Hal inilah yang masih menjadi kendala terutama pada daerah-daerah terpencil di Indonesia dimana alat ekokardiografi belum tersedia dan ketiadaan tenaga dokter spesialis jantung untuk mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan yang optimal bagi penderita PJR.
Di sebagian besar daerah endemik, kenyataannya saat ini banyak pasien yang hidup dengan PJR tidak menyadari penyakitnya termasuk riwayat sakit tenggorokan serta gejala demam rematik akut yang mendahului PJR tersebut. Di banyak daerah endemik PJR, mayoritas pasien mencari pertolongan setelah kondisi telah parah dan mengalami komplikasi yang berat, yang meliputi gagal jantung, aritmia, hipertensi pulmonal, stroke, dan lain sebagainya. PJR yang berat membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi, dengan angka kematian kasus dalam 2 tahun setinggi 16,9%. Akses untuk mendapatkan penanganan berupa tindakan pembedahan yang menyelamatkan jiwa seringkali terbatas dan mahal. Adanya sifat kumulatif dari kasus demam rematik akut berulang yang menyebabkan PJR menandakan adanya periode laten antara episode demam rematik akut di awal dan perkembangan penyakit jantung selanjutnya. Skrining, atau penemuan kasus aktif, bertujuan untuk mengidentifikasi individu dengan PJR selama periode laten ini.
Pemeriksaan ekokardiografi sebagai upaya skrining PJR berdasarkan kriteria ekokardiografi yang ditetapkan oleh World Heart Federation mengarahkan untuk mengidentifikasi pasien lebih awal, ketika profilaksis masih cukup efektif untuk diberikan. Tatalaksana pengobatan gagal jantung, pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan endokarditis, pemberian antikoagulan oral untuk fibrilasi atrium, dan pemasangan katup prostetik hingga tindakan pembedahan adalah terapi yang vital. Mari kita tingkatkan kewaspadaan terhadap PJR dengan melakukan deteksi lebih awal, memberikan terapi secara adekuat bagi penderitanya dan tentunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit jantung rematik.
Sumber :
Kumar RK, Antunes MJ, Beaton A, Mirabel M, Nkomo VT, Okello E, et al. Contemporary diagnosis and management of rheumatic heart disease: implications for closing the gap a scientific statement from the American heart association. Circulation. (2020) 142:e337–57. doi: 10.1161/CIR.0000000000000921
Roth GA, Mensah GA, Johnson CO, Addolorato G, Ammirati E, Baddour LM, et al. Global burden of cardiovascular diseases and risk factors, 1990-2019: update from the GBD 2019 Study. J Am Coll Cardiol. (2020) 76:2982–3021. doi: 10.1016/j.jacc.2020.11.010
Utamayasa IKA, Indriastari A, Hidayat T, Prihaningtyas RA, Rahman M, Ontoseno T. Clinical profile of children with rheumatic heart disease in Indonesia. Sri Lanka J Child Heal. 2021;50(2):200-202. doi:10.4038/sljch.v50i2.9554
Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/person-with-cold-thermometer_7334440.htm#query=child%20get%20fever&position=19&from_view=search&track=ais