Alcoholic Cardiomyopathy

Alcoholic Cardiomyopathy

 

Penulis: dr. Perdana Rezha Kusuma

 

Alkoholisme berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO) terbagi atas 2 golongan yaitu golongan penyalah gunaan alcohol (alcohol abuse) dan ketergantungan alcohol (alcohol dependent). Penyalahgunaan alcohol dideskripsikan sebagai ketergantungan secara psikologis terhadap alcohol untuk dapat berfungsi secara adekuat setiap harinya dengan beberapa kali konsumsi alcohol dalam jumlah banyak sedangkan ketergantungan alcohol di deskripsikan  sebagai sebuah keadaan dimana toleransi terhadap konsumsi alcohol meningkat bersamaan dengan gejala fisik yang muncul saat tidak mengonsumsi alcohol. Prevalensi tertinggi ditemukan pada decade ke 3 dan ke 5 dari kehidupan. Data di Jerman menyebutkan negara tersebut dengan penduduk berkisar 81 juta memiliki 1.8 juta orang yang ketergantungan alcohol.

Penyakit jantung akibat alcohol atau disebut Alcoholic cardiomyopathy merupakan suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada jantung akibat konsumsi alcohol yang terlalu banyak sehingga kondisi ini ditandai dengan melemahnya kemampuan jantung dalam meregang. Kelemahan tersebut disebabkan kondisi jantung yang membesar sehingga otot-otot jantung tidak dapat bekerja seara efisien dalam memompa darah ke seluruh tubuh. The Center for disease control and prevention (CDC) menyatakan bahwa seseorang mengonsumsi terlalu banyak alcohol adalah sekitar lebih dari ‘8 minuman’ dalam 1 minggu untuk perempuan dan lebih dari 15 minuman untuk laki-laki. Pada beberapa penelitian kuantitas alcohol diukur berdasarkan “1 minuman” yaitu setara dengan konsumsi 100 % alcohol dalam jumlah sekitar 17,76 ml. Sebagai contoh 148 ml dari anggur dengan kadar alcohol 12 % setara dengan 17,76 ml (100 % alkohol) sedangkan 355 ml bir (5 % alkohol) setara dengan 17,5 ml (100 % alcohol).

Alkohol memiliki efek toksin terhadap tubuh namun tubuh dapat membatasi kerusakan dan memecah alcohol menjadi bentuk non-toksin jika tidak dikonsumsi terlalu banyak dan terlalu cepat. Terdapat bukti bahwa konsumsi alcohol yang repetitive dan jangka waktu lama berasosiasi dengan berkembangnya stress oksidatif baik secara langsung dengan  menstimulasi pembentukan radikal bebas atau secara tidak langsung melalui aktivasi hormone angiotensin II. Gejala yang dapat muncul bila seseorang mengidap penyakit ini adalah adanya nyeri dada terutama saat sedang aktivitas, batuk, kelemahan dan cepat lelah, kepala terasa ringan atau pingsan, adanya jantung berdebar disertai adanya sensasi tidak nyaman pada daerah dada, adanya pembengkakan  pada ekstremitas bawah dan sesak nafas terutama saat beraktifitas atau saat tidur telentang. Metode diagnose yang dapat dipakai dalam mendiagnosis alcoholic cardiomyopathy adalah dengan anamnesa disertai pemeriksaan fisik dan jika diperlukan akan dilakukan echocardiogram, ekg ,CT scan kardiak atau MRI pada jantung untuk membantu menegakan diagnose penyakit tersebut. 

 

Daftar Pustaka :

Maisch B et al. Alcoholic cardiomyopathy. Pubmed Central. 2016. 41;484-93 diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5013142/. Diakses pada 13 April 2022.

Cleveland Clinic.  Alcoholic Cardimyopathy.  2021 disunting dari https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21994-alcoholic-cardiomyopathy#:~:text=Alcoholic%20cardiomyopathy%20is%20a%20condition,need%20medication%20or%20even%20surgery. Diakses pada 13 april 2022.