Aktivitas Fisik Paska Operasi Jantung

Aktivitas Fisik Paska Operasi Jantung

Penulis: Yudha Krisnadia, S.Kep, Ns, M.M

 

Range of Motion (ROM) didefinisikan sebagai suatu latihan untuk menilai dan meningkatkan fungsi sistem muskuloskeletal dan juga merupakan salah satu terapi lanjutan pada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otak, meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan, meningkatkan tonus otot sehingga dapat memperbaiki fungsi sensorimotori (Agustina, 2003). ROM atau kemampuan rentang gerak dapat digunakan untuk menilai gerakan pada suatu sendi.

Posisi awal untuk mengukur semua rentang gerak, kecuali rotasi, adalah posisi anatomis. Geniometri diartikan sebagai instrumen untuk pengukuran sudut dari sendi. Proses pengukuran dilakukan oleh fisioterapis dengan cara menempatkan instrumen pengukuran di sepanjang tulang, mulai dari bagian proximal hingga distal sendi yang dievaluasi. Geniometri dapat juga digunakan untuk mengukur posisi sendi yang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat dilakukan pada suatu sendi. Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputi jaringan lunak. Sendi ekstremitas atas dan bawah terletak pada posisi 00 untuk gerakan flexi, ekstensi, abduksi dan adduksi ketika tubuh dalam posisi anatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara media (internal) dan lateral (eksternal) dari rotasi adalah 00. 

 

 Gambar 1. (a) Geniometri; (b) Mengukur kemampuan rentang gerak dengan Geniometri

Latihan meningkatkan derajat rentang gerak merupakan program rehabilitasi medis. Mobilisasi perlu dilakukan secara rutin dan terus menerus, termasuk pada pasien dengan kondisi tirah baring yang panjang. Bandy dan Bringgle (Guyton, 2007) mengatakan bahwa latihan aktivitas sebaiknya dilakukan 1-3x / hari. Penanganan yang kurang tepat akan menimbulkan gangguan seperti penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitas anggota tubuh, menurunnya kemampuan gerak anggota tubuh yang sakit serta ketidakmampuan melakukan aktivitas. Penurunan tonus otot akan membuat tubuh kehilangan kemampuan untuk bergerak (immobilisasi). Komplikasi immobilisasi dapat berupa abnormalitas tonus, hipotensi orthostatik, thrombosis vena dalam serta kontraktur. Atropi otot dapat terjadi dalam waktu kurang dari 1 bulan.

Target latihan adalah meningkatkan ambang toleransi gerak, sehingga mampu mencapai rentangan penuh tanpa menimbulkan nyeri. Tipe latihan mobilisasi ada 3 macam, yaitu aktif, pasif serta aktif asistif. Pasien paska operasi jantung umumnya akan berada dalam kondisi tidak sadar selama 24-48 jam, atau mungkin lebih, tergantung dengan kondisi pasien itu sendiri. Selama fase itu, tidak akan ada pergerakan yang diinisiasi oleh pasien tersebut. Dengan kondisi tersebut, mereka perlu mendapatkan terapi ROM pasif, artinya perawat atau fisioterapis membantu pasien untuk latihan aktivitas guna meningkatkan kemampuan rentang geraknya.

Sebagai gambaran, pada anak dengan Tetralogy of Fallot kondisi klinis sebelum menjalani operasi adalah desaturasi. Mereka tidak dapat melakukan banyak aktivitas akibat sesak dan mudah merasa lelah. Setelah melakukan bedah korektif (operasi pemasangan shunting atau total koreksi), secara klinis seharusnya perbaikan. Dengan kata lain, kondisi oksigen yang lebih baik dalam tubuh akan membuat anak tersebut seharusnya mampu untuk melakukan lebih banyak kegiatan dibandingkan dengan sebelum menjalani operasi. Akan tetapi, perlu diperhatikan disini bahwa kondisi tersebut mungkin berlaku setelah 3-6 bulan paska operasi dilakukan.

Tahap awal paska operasi, pasien masih terpasang ventilator, bahkan mungkin dinding dada masih dipertahankan dalam kondisi terbuka jika hemodinamik belum stabil. Pada fase ini, rentang gerak aktif belum dapat dilakukan, mengingat kefektifan jalan nafas masih jadi prioritas utama bagi pasien ini. Pijatan ringan dapat diberikan pada bagian punggung dan ekstremitas guna memperlancar sirkulasi darah di area tersebut dan menghindari terjadinya dekubitus akibat terlalu lama tertekan pada posisi yang sama.

Segera setelah ventilator dilepaskan, latihan rentang gerak pasif ringan dapat dimulai. Respon nyeri akan timbul seiring hilangnya efek anestesi. Penting untuk mengkaji perubahan ekspresi serta respon pasien selama latihan berlangsung. Tangisan atau teriakan seringkali menjadi cara anak menyampaikan rasa nyeri yang dirasakan. Berikan objek (mainan robot/ boneka) untuk mengalihkan rasa takut serta memberikan simulasi gerak yang akan dilakukan oleh terapis terhadap dirinya.      

Program latihan yang disusun sebaiknya memperhatikan status klinis dan riwayat kesehatan. Keterbatasan fisik dan fisiologis pada pasien paska operasi jantung harus menjadi pertimbangan. Rehabilitasi medis adalah program terintegrasi dari latihan fisik, konseling psikologis serta manajemen stress.

                

Gambar 2. (a) Range of Motion; (b) Routine ROM for baby

 

Referensi:

  1. Agustina, Claudia S, Ns et al. (2003). Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke di Irina F Neurologi BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi: Fakultas Ilmu Keperawatan. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2174
  2. Murtaqib. (2013). Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Aktif terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi pada Penderita Stroke di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/view/1670/1387
  3. Lewis. (2017). Medikal Surgical Nursing. Edisi VII. St. Louis: Missouri. Mosby-Year Book.Inc.
  4. Roring, L.A. (2005). Range of Motion Exercise: A Basic in Sport Rehabilitation (online), diakses 10 Februari 2012.
  5. Guyton,C.A., & Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.