Anak Istimewa dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB): Tidak boleh minum banyak! Mitos atau Fakta?
Oleh : dr. Sisca Natalia Siagian, Sp.JP
Kita pernah mendengar orangtua dari anak-anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) melarang anaknya minum banyak atau sengaja membatasi konsumsi air pada anak tersebut. Di sisi lain, beberapa anak PJB ditemukan dalam kondisi yang buruk dan bertambah biru oleh karena kurang cairan. Jadi apakah benar bahwa anak PJB harus membatasi asupan cairan setiap hari? Selain masalah minum dan cairan, ada beberapa mitos yang seringkali didapatkan saat menghadapi anak dengan PJB pada praktek klinik kita sehari-hari. Berikut kita bahas beberapa diantaranya.
Anak PJB tidak boleh minum banyak
PJB atau CHD (congenital heart disease) adalah kelainan pada struktur jantung yang dialami sejak lahir, yang terjadi karena adanya gangguan pada proses pembentukan dan perkembangan jantung saat janin berada di dalam kandungan. Meskipun terdapat ratusan tipe kelainan, secara garis besar PJB dapat dikelompokkan menjadi dua tipe. Tipe pertama disebut dengan PJB biru (sianotik), yaitu jenis PJB yang menyebabkan warna kebiruan (sianosis) pada kulit dan selaput lendir terutama di daerah lidah/bibir dan ujung-ujung anggota gerak akibat kurangnya kadar oksigen di dalam darah. Tipe kedua disebut dengan PJB tidak biru (non-sianotik), yaitu PJB yang tidak menimbulkan warna kebiruan pada anak. PJB non-sianotik bisa tanpa gejala atau dalam kondisi berat menimbulkan gejala gagal jantung yang ditandai dengan sesak yang memberat saat beraktivitas, bengkak, batuk panas berulang, gangguan pertumbuhan, dan kekurangan gizi. Pada kondisi ini konsumsi cairan pasien akan dibatasi dan diberikan obat-obatan untuk memperbaiki gejala, yang salah satunya adalah diuretic untuk mengurangi cairan di dalam tubuh.
Pada jenis PJB lain yang biru, ada golongan yang harus mendapatkan cairan yang cukup, yaitu anak-anak golongan PJB biru dengan aliran darah yang berkurang ke paru berupa obstruksi (buntu) atau penyempitan. Anak-anak ini biasanya dapat datang dengan keluhan biru yang bertambah, disertai rewel, iritabel, dan terkadang kejang dan penurunan kesadaran. Penanganan pertama yang kita berikan adalah menyamankan anak dan mendekatkan kaki pada dada. Selain memberikan obat yang tepat dan cepat, kita memastikan tidak ada kegawatan pada jalan nafas dan pernafasan serta memberikan cairan, yang pada awal dalam jumlah banyak dan cepat. Anak-anak dengan kondisi ini kita anjurkan untuk sehari-hari mendapatkan cairan yang cukup. Jadi tidak semua anak PJB kita batasi konsumsi cairan, penatalaksanaan untuk PJB sangat tergantung dengan jenis penyakit jantung yang terjadi pada bayi atau anak.
Anak PJB tidak boleh minum es krim
Beberapa ibu mengungkapkan jika anak PJB makan es krim darahnya akan membeku dan menyebabkaan sumbatan atau thrombosis. Tidak ada satupun data yang pernah menyatakan hal ini, es krim yang dikonsumsi akan masuk melalui saluran pencernaan, tidak secara langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan membekukan aliran darah. Kondisi tertentu seperti lingkungan yang dingin bisa menyebabkan biru yang bertambah namun tidak berkaitan dengan penggumpalan darah di dalam pembuluh darah. Beberapa kondisi yang mungkin menyebabkan thrombosis adalah pada anak yang dengan gangguan koagulasi, ritme jantung yang tidak teratur sperti fibrilasi atrial, atau pasien-pasien pasca tindakan intervensi atau operasi dengan tambahan alat buatan, seperti pasca operasi BTT-Shunt (saluran buatan dari sistemik ke pulmonal). Jadi tentunya mitos jika dikatakan es krim akan menyebabkan thrombosis.
Anak PJB jika sudah biru, pasti tidak bisa dioperasi lagi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, PJB memang ada jenis yang biru (sianotik) atau tidak biru (asianotik). Beberapa tipe PJB tidak biru akan berubah menjadi biru jika tidak ditangani, dan telah muncul komplikasi tekanan paru yang tinggi yang dinamakan sebagai sindrom Eisenmenger. Namun, klasifikasi lain PJB adalah PJB biru, yang biasanya lebih komplek dan pasien datang pada usia lebih muda. Pasien-pasien ini seperti TGA (Transposition of the great arteries/ pembuluh darah besar aorta dan pulmonal tertukar), DORV (Double outlet right ventricle/kedua pembulu darah besar keluar dari ventrikel yang sama), TA (Tricuspid atresia/ katup tricuspid tidak terbentuk), dan TOF (Tetralogy of Fallot/ lubang di jantung yang disertai penyempitan ke paru). Pasien-pasien ini berbeda dengan penggolongon sebelumnya (sindrom Eisenmenger), yang menunjukkan gejala biru sejak awal kehidupan, dan biasanya mendapatkan intervensi pada usia bayi dan anak-anak. Jadi PJB biru tidak semua berasal dari PJB tidak biru, kebanyakan PJB biru dapat ditangani dengan optimal sejak usia sangat dini.