Jantung bisa bengkak? Yuk cari tahu apa saja penyebabnya
Penulis: dr. Della Ferhina
Jantung merupakan organ vital yang berperan penting dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Namun, terkadang organ ini dapat mengalami gangguan yang disebut jantung bengkak atau kardiomegali. Kardiomegali merujuk pada sejumlah kondisi yang berujung pada pembengkakan jantung, yang seringkali tidak teridentifikasi sampai tanda-tandanya mulai terlihat. Fenomena ini semakin sering ditemukan dan dikaitkan dengan tingginya tingkat mortalitas.Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah "jantung bengkak" atau "jantung membesar". Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan kondisi ini? Jantung bengkak, atau yang juga dikenal sebagai kardiomegali, Kardiomegali adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana jantung membesar melebihi ukuran normalnya. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology, prevalensi kardiomegali di antara orang dewasa adalah sekitar 1,5%.1
Mengapa Jantung Bisa Membengkak?
Penyebab utama pembengkakan jantung, atau kardiomegali, sangat beragam. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang berkepanjangan adalah salah satu penyebab yang paling umum. Tekanan darah tinggi membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, yang bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran otot jantung seiring waktu. Sebuah studi dalam Journal of Human Hypertension menyatakan bahwa hipertensi signifikan berkontribusi terhadap perubahan struktural jantung ini.2
Penyakit jantung koroner, di mana arteri yang menyuplai darah ke jantung menyempit atau tersumbat, juga merupakan penyebab umum kardiomegali. Kerusakan yang diakibatkan oleh pengurangan aliran darah dapat memicu pembesaran jantung, seperti dijelaskan dalam penelitian yang diterbitkan oleh Circulation.3
Kelainan katup jantung, seperti stenosis aorta atau regurgitasi mitral, dapat mengganggu aliran darah jantung dan memaksa jantung bekerja lebih keras, yang bisa menyebabkan pembengkakan jantung. Menurut Journal of the American College of Cardiology, kondisi-kondisi ini adalah penyebab signifikan kardiomegali, terutama pada populasi yang lebih tua.4
Faktor gaya hidup seperti obesitas dan merokok juga berkontribusi terhadap risiko pembengkakan jantung, karena keduanya dapat meningkatkan tekanan pada jantung baik secara langsung atau melalui penyakit terkait seperti hipertensi dan penyakit jantung koroner.5
Tanda-Tanda Jantung yang Membengkak
Banyak orang dengan jantung bengkak tidak mengalami gejala di tahap awal. Gejala biasanya mulai muncul setelah kondisi berkembang selama beberapa waktu. Gejala-gejala kardiomegali bisa beragam tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyakit. Sesak napas, terutama saat beraktivitas atau berbaring, adalah gejala yang paling umum, karena jantung yang membesar sering kali tidak bisa memompa darah dengan efisien. Hal ini menyebabkan cairan menumpuk di paru-paru, seperti yang dijelaskan dalam sebuah studi di European Heart Journal, di mana sekitar 60% pasien melaporkan mengalami sesak napas.Kelelahan juga sering terjadi ketika jantung tidak dapat menyuplai cukup oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, menurut penelitian dalam Current Cardiology Reviews.6
Bagaimana mengetahui Jantung Membengkak?
Mendiagnosis kardiomegali secara akurat sangat penting untuk manajemen dan perawatan yang tepat. Penegakan diagnosis kardiomegali melibatkan kombinasi evaluasi klinis, pencitraan, dan tes diagnostik lainnya.
Langkah awal dalam diagnosis kardiomegali adalah evaluasi klinis menyeluruh, termasuk pengambilan riwayat medis dan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi gejala seperti sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan. Pemeriksaan ini fokus pada tanda-tanda gagal jantung, dikutip dari studi yang diterbitkan dalam American Family Physician.7
Setelah evaluasi klinis, proses berikutnya biasanya melibatkan pencitraan jantung. Rontgen dada digunakan untuk menilai pembesaran jantung, sedangkan ekokardiografi sebagai standar emas menggunakan gelombang suara untuk menilai struktur dan fungsi jantung, seperti diungkap dalam Journal of the American College of Cardiology.8
Tes diagnostik lain seperti elektrokardiogram (EKG) dan MRI jantung mungkin juga diperlukan untuk menilai aktivitas elektrik jantung dan struktur internalnya lebih lanjut. Tes laboratorium, seperti pengukuran Brain natriuretic peptide (BNP) yang tinggi, juga dapat menunjukkan keparahan kardiomegali dan berperan dalam prognosis, seperti dikemukakan dalam Circulation.9
Penatalaksanaan Jantung Bengkak
Penatalaksanaan pembengkakan jantung berfokus pada pengobatan kondisi yang mendasarinya dan meminimalkan gejala. Untuk pasien dengan hipertensi, terapi antihipertensi yang optimal sangat penting. Penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin, dan diuretik sering digunakan untuk mengendalikan tekanan darah dan mengurangi beban jantung. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Lancet menunjukkan bahwa pengobatan hipertensi secara signifikan mengurangi risiko kejadian kardiovaskular pada pasien dengan kardiomegali.10
Untuk pasien dengan penyakit jantung iskemik, revaskularisasi dengan intervensi koroner perkutan atau operasi pintas arteri koroner mungkin diperlukan. Terapi medis, termasuk aspirin, statin, dan penghambat beta, juga penting untuk manajemen jangka panjang. Sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menemukan bahwa terapi medis yang optimal mengurangi risiko kematian kardiovaskular sebesar 27% pada pasien dengan penyakit arteri coroner.11
Dalam kasus gagal jantung yang berkembang sebagai akibat dari kardiomegali, diuretik, penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin, dan penghambat beta membentuk landasan pengobatan. Dalam kasus yang parah, alat bantu ventrikel atau transplantasi jantung mungkin dipertimbangkan. Sebuah tinjauan yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology menyoroti kemajuan terbaru dalam manajemen gagal jantung, dengan penekanan pada pendekatan multidisiplin.12
Langkah Pencegahan Jantung Bengkak
Pencegahan jantung bengkak sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi seperti gagal jantung. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Kontrol tekanan darah: Hipertensi merupakan faktor risiko utama jantung bengkak. Mengendalikan tekanan darah melalui pengobatan, gaya hidup sehat, dan pemantauan rutin dapat mencegah pembesaran jantung.1
2. Manajemen diabetes: Diabetes dapat meningkatkan risiko jantung bengkak. Menjaga kadar gula darah tetap terkontrol melalui pengobatan, diet sehat, dan olahraga teratur dapat mengurangi risiko komplikasi jantung.13
3. Olahraga teratur: Aktivitas fisik rutin dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Olahraga aerobik sedang hingga intens setidaknya 150 menit per minggu terbukti bermanfaat dalam mencegah pembesaran jantung.14
4. Diet sehat: Konsumsi makanan rendah lemak jenuh, tinggi serat, dan kaya akan buah-buahan serta sayuran dapat mendukung kesehatan jantung. Mengurangi asupan garam juga penting untuk mengendalikan tekanan darah.15
Pembengkakan jantung merupakan kondisi serius yang dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Namun, dengan penanganan yang tepat dan perubahan gaya hidup yang sehat, kondisi ini dapat dikelola dengan baik. Penting bagi penderita untuk secara rutin memeriksakan diri ke dokter, mematuhi pengobatan yang dianjurkan, serta menerapkan pola makan dan aktivitas fisik yang sehat. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat juga sangat diperlukan dalam proses penyembuhan. Dengan kesadaran, kedisiplinan, dan semangat untuk sembuh, penderita pembengkakan jantung dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan menjalani hari-hari dengan lebih optimal. Ingatlah bahwa kesehatan adalah hal yang paling berharga, dan selalu ada harapan untuk kondisi yang lebih baik di masa depan.
Sumber gambar:
https://www.freepik.com/free-ai-image/futuristic-representation-robotic-human-heart_266511128.htm#fromView=search&page=1&position=4&uuid=8f6dee93-fcc5-45e6-9660-d97654e1330e